Istana Bung Hatta Bukittinggi

From Ensiklopedia

Istana Bukittinggi berlokasi di Bukit Cangang, Kayu Ramang, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Situs sejarah ini berdiri di atas lahan seluas 12.425 meter persegi dengan luas bangunan 3.672 meter persegi. Denah bangunan Istana tersebut berukuran 65 x 54 meter. Bangunan Istana Bung Hatta bercirikan gaya arsitektur kolonial, namun atap bangunannya menggunakan atap sirap atau variasi atap yang terbuat dari kayu.

Sejarah mencatat, Istana Bung Hatta Bukittinggi pernah digunakan sebagai kantor Residen Padangse Bovenlanden (Dataran Tinggi Padang), salah satu residen di Sumatera Barat pada masa Hindia Belanda. Selain itu, bangunan ini juga sempat digunakan sebagai kantor Asisten Residen Agam. Pada masa pendudukan Jepang bangunan ini digunakan sebagai rumah Panglima Pertahanan Jepang di Sumatera (Seiko Shikikan Kakka). Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini berganti nama menjadi Rumah Tamu Agung.

Gedung ini memiliki nilai sejarah penting bagi Indonesia setelah masa kemerdekaan. Istana Bukittinggi pernah digunakan sebagai tempat tinggal dan kantor wakil presiden Bung Hatta selama bertugas di Bukittinggi pada tahun 1947-1948. Pada masa Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menyebabkan Sukarno, Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh negara lainnya diasingkan. Sebelum hal itu terjadi, Hatta memerintahkan Syafruddin Prawiranegara yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran untuk mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi.

Istana Bukittinggi adalah salah satu basis dari PDRI. Serangan Agresi Militer II tidak hanya dilakukan di Pulau Jawa tetapi juga meluas hingga Sumatera. Bangunan Istana Bukittinggi tidak luput dari serangan hingga menyebabkan bangunan menjadi hancur. Pada tahun 1961 Istana Bukittinggi didirikan kembali oleh Gubernur Sumatera Barat pertama Kaharudin Datuk Rangkayo Basa. Bangunan baru tersebut diberi nama Gedung Negara Tri Arga karena posisi bangunan yang dikelilingi oleh tiga gunung, Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sapo (Kurnia, kebudayaan.kemendikbud.go.id). Penggantian nama bangunan adalah otoritas dari Gubernur Sumatera Barat. Pada masa pemerintahan Gubernur Gamawan Fauzi, gedung ini diubah namanya menjadi Istana Bung Hatta hingga saat ini.

Istana Bung Hatta Bukittinggi termasuk dalam bagian Situs Cagar Budaya Nasional. Penetapan ini disahkan dengan SK Menteri No. 267/M/2016 dengan nomor registrasi nasional RNCB. 20100108.02.000359.

Sumber: [http://sumbarprov.go.id sumbarprov.go.id


Penulis: Martina Safitry
Instansi: UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

Fadhila Fitria. 2019. “Perlindungan Situs Cagar Budaya Istana Bung Hatta oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumater Barat”. Skripsi. Universitas Andalas.

Kemendikbud. Tt. “Istana Bung Hatta”. Diakses dari http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016051900195/istana-bung-hatta

Kurnia, Merry. Tt. “Istana Bapak Bangsa di Jantung Kota Bukittinggi”. Kebudayaan.kemendikbud.go.id diakses dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/istana-bapak-bangsa-di-jantung-kota-bukittinggi/