Jong Ambon
Jong Ambon adalah organisasi kepemudaan Ambon yang didirikan pada tahun 1917. Pendirian Jong Ambon dilatarbelakangi oleh tumbuhnya kesadaran para pemuda Maluku yang telah memperoleh pendidikan modern untuk aktif dalam pergerakan nasional pada awal abad ke-20. Jong Ambon didirikan oleh L. Tamaela, J. Kajadu dan mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) dengan tujuan menghimpun pelajar dan para pemuda asal Maluku yang berada di Jawa. Jong Ambon aktif di bidang olahraga, terutama permainan sepakbola. Para pemuda di Jong Ambon sering melakukan pertandingan amal untuk mendukung pembiayaan dalam bidang pendidikan.
Pada 1 Juni 1923, saat diketuai oleh F. Loppes, Jong Ambon berganti nama menjadi “Sport en Muziek Vereeninging Jong Ambon”, disingkat SVJA, namun tetap dikenal dengan nama Jong Ambon. Setahun kemudian muncul perpecahan akibat perbedaan pandangan di tengah semangat pergerakan nasional. Beberapa pemuda tidak puas dengan pergerakan Jong Ambon yang hanya bergerak dalam bidang olahraga. Mereka perbendapat bahwa pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk menyokong pemuda. Akhirnya dalam organisasi ini ada satu perkumpulan baru, yaitu Vereeninging Ambonsche Studenten (VAS) yang dipimpin oleh Toule Salahuwey dan J. Leimena (Nanulaitta 1982: 17)
Pada 1 Juli 1925 diselenggarakan sebuah pertemuan organisasi-organisasi pemuda yang membahas tentang rencana Kongres Pemuda. Hadir dalam pertemuan ini antara lain perwakilan dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Pelajar Minahasa, dan Sekar Rukun. Pertemuan tersebut memutuskan untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia Pertama di Jakarta pada 30 April – 2 Mei 1926. Dan, Jong Ambon mengirimkan wakilnya dalam Kongres, J. Kajadu dan istrinya. Sebagaimana diketahui, Kongres Pemuda Pertama bertujuan mencapai perkumpulan pemuda yang tunggal, dengan membentuk suatu badan sentral yang diharapkan bisa memantapkan persatuan kebangsaan dan mempererat hubungan antara semua perkumpulan pemuda (Sari 2019: 104-105; Fredrick, 2005). Begitu pula pada Kongres Pemuda ke-2 pada 1928, Jong Ambon kembali turut andil dengan mengirimkan anggotanya, yaitu J. Leimena. Kongres tersebut mencetuskan Sumpah Pemuda sebagai bentuk ikrar bersama seluruh elemen pemuda yang diwakili oleh berbagai organisasi pemuda.
Di dalam perkembangannya, kiprah Jong Ambon tetap terkenal pada bidang olahraga sepakbola yang menghasilkan banyak prestasi. Klub sepak bola ini identik dengan warna merah putih dan menyebarkan rasa rasa cinta terhadap tanah air. Klub sepakbola Jong Ambon memiliki pemain terkemuka di antaranya dr. G. Rehatta, dr. J. Malaihollo, dr. Kapitan, Ch, Luhukay, J. Anakotta, D. Kapitan, dan G.A. Apituley. Pada 1936 Jong Ambon Malang didirikan yang diketuai Mr. J. Latuharhary dengan berbagai kegiatan kepemudaan berhasil dilakukan (Nanulaitta 1982: 18).
Pada masa pendudukan Jepang, Jong Ambon berubah nama menjadi Bintang Timur di bawah kepemimpinan J. de Fretes dan Mr. Latuharahary dan tetap aktif dalam bidang olahraga. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, “Bintang Timur” kembali mengubah nama menjadi Jong Ambon di tahun 1946 dan selanjutnya berganti menjadi Persatuan Olahraga Maluku (POM). Sejak 13 Januari 1951 POM bernaung di bawah PERSIJA. (Nanulaitta 1982: 18, 99).
Penulis: Ida Liana Tanjung
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum
Referensi
Fredrick, William H dan Soeri Soeroto (2005). Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum dan Sesudah Revormasi, Jakarta : LP3ES.
Nanulaitta. I.O (2009). M.r Johannes Latuharhary, Hasil Karya dan Pengabdiannya, Jakarta: Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Diroktorat Nilai Sejarah.
Sari, Endah Puspita dkk (2019). “Smith’s Perspective In The Indonesian History Textbook On The Youth Oath 1928 Narative”, Historika. Vol. 22, No.2, Oktober.