Kongres Pemuda Indonesia

From Ensiklopedia

Dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, pemuda (termasuk pemudi) menjadi motor penggerak melalui beragam organisasi untuk menyemai ide, gagasan dan kesadaran kolektif yang kemudian dituangkan dengan ikrar sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 (Sebastian, Chen, Syailendra 2014: xi). Menuju momentum itu terjadi 2 (dua) kali peristiwa Kongres Pemuda Indonesia yang bermakna penting dan strategis di mana para pemuda, kaum terpelajar, dan cerdik pandai Indonesia dari berbagai daerah saling bertemu secara langsung dalam forum kongres untuk mendiskusikan hal-hal yang mendasar terkait dengan eksistensi dan masa depan Indonesia (Kahin 2003: 31). Oleh karena itu, kedua peristiwa Kongres Pemuda Indonesia merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait dan mempengaruhi dengan hasil akhir berupa kesepakatan atau ikrar bersama yang lebih dikenal dengan nama Sumpah Pemuda (Abdullah 2001: 33).

Kongres Pemuda I diselenggarakan selama 3 (tiga) hari pada 30 April sampai 2 Mei 1926 bertempat di Gedung Vrijmetselaarsloge/Gedung Pertemuan Masoni Ster van het Oosten (sekarang Gedung Bappenas) Jakarta. Maksud dan tujuan Kongres Pemuda I adalah untuk membangkitkan semangat kerja sama antarperhimpunan Indonesia agar dapat membangkitkan semangat kerja sama antarorganisasi maupun perhimpunan pemuda pemudi.

Kongres Pemuda I diorganisasi oleh kepanitiaan, perwakilan dari Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Sekar Rokoen, dan Jong Batak Bond. Adapun peserta yang hadir antara lain Budi Utomo, Tri Koro Dharmo atau Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak Bond, Perhimpunan Indonesia, Sekar Rokoen, dan lain-lain. Organisasi-organisasi dan perhimpunan dengan beragam latar etnik, agama, sosial, budaya, ekonomi dan politik yang masing-masing memiliki visi misi dan tujuan yang tidak sama, namun sama-sama hadir untuk saling berdialog, berbagi ide dan pengalaman tersebut, menjadi indikator bahwa di kalangan mereka telah berkembang kesadaran nasionalisme (Kohn 1984:12; Kahin 2003: 34). Meskipun demikian, mereka baru berhasil membuat kesepakatn untuk melanjutkan Kongres berikutnya dan belum berhasil membuat ikrar.  Hal itu terjadi, karena masih kuatnya perasaaan kesukuan, kedaerah, keagamaan, dan lain-lain (Yety Rochwulaningsih 2010: 8-18).

Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta dan merupakan tindak lanjut serta hasil evaluasi atas belum adanya kesepakatan politik yang strategis dari Kongres Pemuda I. Kongres diprakarsai para pemuda pelajar terutama dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) (Kurniadi 1987: 76-78) dan dihadiri oleh beragam organisasi dan perkumpulan pergerakan nasional Indonesia Tujuan yang ingin dicapai, sesuai Manifesto Politik Perhimpunan Indonesia 1925, adalah unity (persatuan), equality (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan) (Kartodirdjo 1993: 152).  Hasil Kongres Pemuda II sangat monumental, yaitu pernyataan atau ikrar Sumpah Pemuda, yaitu “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Dari teks ikrar Sumpah Pemuda tersebut tampak jelas bahwa Kongres Pemuda II menjadi tonggak sejarah adanya komitmen para pemuda untuk hidup dan berjuang bersama dalam bingkai persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai modal utama dalam menghadapi kolonialisme dan mencapai tujuan serta cita-cota bersama.

Hampir sama dengan Kongres Pemuda I, Kongres Pemuda II ini antara lain dihadiri oleh Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, Jong Betawi, Sekar Rokoen, Budi Utomo, Tri Koro Dharmo, PPPI, PNI, dan lain-lain. Kongres Pemuda II dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dan ada totoh-tokoh yang sangat berperan dalam penyusunan naskah teks Sumpah Pemuda antara lain Soenario Sastrowardoyo, Amir Syarifudin Harahap, Mohammad Yamin, Djoko Marsaid, dan Johannes Leimena.

Penulis: Yety Rochwulaningsih
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Dr. Endang Susilowati, M.A


Referensi

Abdullah, Taufik. 2001 Nasionalisme dan Sejarah  (Bandung: Satya Historika)

Kahin, George McTurnan. 2003. Nationalism and Revolution in Indonesia (New York: Cornell University Press)

Kohn, Hans.  1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Terj. Sumantri Martodipuro (Jakarta: Erlangga).

Kurniadi, H. E. 1987.. Peranan Pemuda dalam Pembangunan Politik di Indonesia: Analistis Studi Berdasarkan Pendekatan Sejarah dan Sosio Kultural. (Indonesia: Angkasa)

Sebastian, Leonard C. , Jonathan Chen, dan Emirza Adi Syailendra (2014). Pemuda Rising, Why Indonesia Should Pay Attention to its Youth. RSIS Mononograph No 29. S. Rajaratman School of International Studies.

Sartono Kartodirdjo. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. (Jakarta: Gramedia)

Rochwulaningsih, Yety. 2010 “Nasionalisme sebagai Dasar Pengembangan Entrepreneur” dalam Citra Lekha, 14 (1): 8-18.