Jong Bataks Bond
Jong Bataks Bond atau Pemuda Batak adalah organisasi pergerakan yang didirikan para pemuda yang berasal dari Tapanuli (Sumatera Utara sekarang) yang belajar di Batavia. Kelahiran organisasi ini diawali dari pertemuan yang diadakan tanggal 6 Desember 1925 di Hotel Lux Orientalis, Weltevreden. Pertemuan yang difasilitasi oleh Moelia, seorang anggota Volkraad yang mewakili Tanak Batak, dihadiri oleh sekitar 70 pelajar Batak yang tengah menempuh pendidikan di berbagai sekolah menengah yang ada di Batavia. Pertemuan yang juga dihadiri oleh Bahder Johan, sebagai wakil Jong Sumatranen Bond, menyepakati pembentukan organisasi Jong Batak Bond. Dinyatakan saat itu bahwa organisasi ini mulai beraktivitas tanggal 1 Januari 1926. Pada kesempatan itu juga dipilih V.L. Tobing sebagai ketua yang dibantu oleh Sanusi Pane dan dua pelajar lainnya sebagai pengurus (De Indische Courant ,12 Desember 1925).
Lahirnya Jong Bataks Bond diinspirasi oleh berdirinya Jong Java pada 7 Maret 1915 yang umumnya dianggotai oleh para pelajar Jawa yang bersekolah di STOVIA. Jaringan sosial yang terbatas pada Jong Java (hanya untuk pemuda pelajar dari Jawa) itu menginspirasi pemuda dari daerah (etnik) lain untuk membentuk organisasi yang sama. Para pemuda yang berasal dari Sumatra misalnya kemudian membentuk Jong Sumatranen Bond (Kartodirdjo 1999: 105).
Berdirinya Jong Bataks Bond juga terkait dengan dinamika persoalan di kalangan pemuda Batak, yang tidak puas karena suara dan aspirasi mereka kurang didengar dan diterima di Jong Sumatranen Bond. Menurut dua orang tokohnya, Gindo Siregar dan Amir Syarifuddin, nasionalisme Batak dengan keunikannya tersendiri memiliki hak hidup dalam organisasi tersebut. Namun, para pelajar Batak merasakan ide dan paham mereka kurang atau bahkan tidak mendapat tempat di organisasi tersebut. Sama dengan perkumpulan pemuda lainnya, Jong Bataks Bond juga bersifat kedaerahan yang bercita-cita ke arah kemajuan Indonesia, terutama memajukan budaya daerah Tapanuli (Soeharto 1981: 219-25; Poesponegoro 1990: 191-2; Pringgodigdo 1977: 104-5).
Tiak lama setelah pendiriannya pada 1926, Jong Bataks Bond melakukan tur propaganda di Tanah Batak dengan daya tarik klub sepak bola Jong Bataks Bond. Perjalanan propaganda ini mendapat sambutan yang baik dari masyakarat Tapanuli, sehingga berhasil didirikan cabang Jong Bataks Bond di Tapanuli. Keberhasilan tur propaganda di Tanah Batak semakin memotivasi Jong Bataks Bond untuk memperluas jangkauan jaringannya, terutama ke wilayah-wilayah yang memiliki banyak komunitas Batak. Hasilnya, pada bulan Juli 1928 terdapat sembilan cabang yang dimiliki Jong Bataks Bond di Indonesia, lima di Sumatera, yaitu di Tapanuli, Kutaraja (Banda Aceh), Fort de Kock (Bukittinggi), dan Padang; dan empat di Jawa, yaitu di Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor), Bandung, dan Surabaya (Hisyam 2012: 356-7).
Semangat keindonesian para pemuda yang tergabung dalam Jong Bataks Bond semakin menguat. Bersama perkumpulan-perkumpulan pemuda lainnya, mereka ikut menyukseskan Kongres Pemuda I di Jakarta pada bulan Mei 1926 (Suhartono 2001: 100; Poesponegoro 1990: 191-2; dan Pringgodigdo 1977: 104-5). Jong Bataks Bond juga terlibat dalam Kongres Pemuda II pada 27 September sampai 28 Oktober 1928. Kongres ini cukup berhasil dengan lahirnya ikrar bersama dari para pemuda Indonesia yang terkenal dengan Sumpah Pemuda. Setelah tahun 1929, suara dan keberadaan Jong Bataks Bond tidak kedengaran lagi. Ketika organisasi pemuda lainnya melakukan fusi menjadi Pemuda Indonesia tahun 1930, Jong Bataks Bond tidak hadir. Meskipun masa berkiprahnya tidak panjang, Jong Bataks Bond telah berkontribusi besar dalam membangun kesadaran nasional, khususnya bagi etnis Batak (Hisyam [ed.] 2012: 356-7).
Penulis: Mawardi
Instansi: Universitas Syiah Kuala
Editor: Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan
Referensi
De Indische Courant, 12 Desember 1925
Hisyam, Muhammad (ed.), (2012) Indonesia dalam Arus Sejarah: Masa Pergerakan Nasional. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve dan Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kartodirdjo, Sartono (1999) Pengantar Sejarah Indonesia Baru Pergerakan Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jilid 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (1990) Sejarah Nasional Indonesia V (edisi ke-4). Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgodigdo, A.K. (1986) Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Cetakan kesebelas). Jakarta: Dian Rakyat.
Soeharto, Pitutdan A. ZainoelIhsan (1981) Maju Setapak, Capita Selecta Ketiga: Kumpulan Tulisan Asli Tokoh-tokoh Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, dll.. Jakarta: Aksara Jayasakti.
Suhartono (2001) Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi, 1908-1945 (Cetakan II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.