Kapitalis Birokrat

From Ensiklopedia

Kapitalis birokrat adalah orang yang mempunyai kedudukan di dalam lembaga pemerintah atau di dalam organisasi politik yang menyalahgunakan kekuasaan dan kedudukan untuk memperkaya golongan atau diri sendiri (kbbi.lektur.id, 26 Juni 2022). Istilah ini pertama kali dikemukakan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari “7 setan desa” yang harus diperangi oleh rakyat. Tujuh setan desa yang dimaksud oleh PKI adalah  tuan tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, kapitalis birokrat (pegawai negeri yang korup), tengkulak jahat, bandit desa, dan penguasa jahat (Historia.id. 27 Desember 2015). Menurut Aidit, kaum kapitalis birokrat yang disingkat dengan kabir menekan rakyat terutama petani untuk menjual hasil produksinya kepada perusahaan-perusahaan kabir di kota dengan menggunakan uang negara, antara lain dengan menyalahgunakan pajak. Para kapitalis birokrat ini punya hubungan yang erat dengan tuan tanah jahat, tengkulak jahat, dan tukang ijon (Aidit 1964: 27).

Perilaku kapitalis birokrat dikategorikan sebagai rent seeking behaviour (perilaku mengejar rente). Para birokrat menggunakan kekuasaannya untuk mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Mereka menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk mempengaruhi keputusan ekonomi, sehingga terjadi penyimpangan dalam bidang ekonomi (Chaniago 2015: 121). Para kapitalis birokrat ini terhubung dengan kelompok pengusaha yang mengambil manfaat dengan melakukan manipulasi pada lingkungan usaha atau bisnis. Manipulasi pada lingkungan usaha terjadi karena perebutan monopoli atas aturan main atau regulasi. Oleh karena itu, pelaku usaha yang melakukan lobi bertujuan untuk mempengaruhi aturan yang akan memihak pada kepentingan dirinya dan mengorbankan pihak lain.

Salah satu kasus yang bisa menggambarkan tentang kapitalis birokrat adalah bisnis Angkatan Bersenjata pada masa Orde Baru (Ibrahim 2002: 291). Keterlibatan ABRI dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari BUMN dan sektor-sektor ekonomi lainnya yang dinaungi oleh yayasan-yayasan. Dalam prakteknya, keterlibatan ABRI di bidang ekonomi secara kelembagaan banyak bekerja sama dengan pihak swasta yang juga berlatar belakang  para pengusaha dalam faksi militer. Para pengusaha militer ini tidak saja mengelola aktivitas ekonomi, tapi juga memiliki peranan penting dalam birokrasi secara langsung maupun tidak langsung. Kedudukanya dalam birokrasi yang bercampur aduk dengan kepentingan bisnis inilah yang kemudian melahirkan para kapitalis birokrat militer (Samego 1998: 27).

Para kapitalis birokrat militer yang memiliki kemudahan-kemudahan fasilitas dalam bidang ekonomi ini menjual jasa birokrasi mereka atau jasa keahlian strategi militer mereka pada para konglomerat di Indonesia. Berbagai macam kemampuan yang mereka miliki termasuk dalam hal lobby untuk menembus akses-akses ekonomi dan keuangan, dimanfaatkan oleh para pengusaha. Modus semacam ini telah memunculkan fenomena ganda, yaitu 1) bangkitnya para pengusaha klien yang memanfaatkan para birokrat militer; dan 2) bangkitnya rent capitalist birokrat militer yang menjual jasa mereka (Ibrahim 2002: 291-292).

Penulis: Julianto Ibrahim
Instansi: Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.


Referensi

Aidit, D.N. (1964). Kaum Tani Menganjang Setan2 Desa. Djakarta: Jajasan Pembaruan.

Ardyanto, Donny. (2002). “Korupsi, Demokrasi, dan Kapitalisme: Sebuah manifesto bagi Gerakan Sosial Anti Korupsi”. Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 2, No. 1.

Chaniago, Faisyal. (2015). “Korupsi dalam Budaya Konsumen Politisi Rente”. Militia: Jurnal Komunikasi dan Politik, Vol. 1, No. 2.

https://kbbi.lektur.id/kapitalis-birokrat#:~:text=Menurut%20Kamus%20Besar%20Bahasa%20Indonesia,memperkaya%20golongan%20atau%20diri%20sendiri., diunduh 27 Uuni 2022

Ibrahim, Julianto. (2002).”Militer dan kapitalisme Erzatz: Bisnis ABRI pada Masa Orde Baru”, Humaniora, Vol. XIV, No. 3

Samego, Indria, et.al. (1998). Bila ABRI Berbisnis. Bandung: Mizan

Triyana, Bonie. (2015). “Cerita Dibalik Tujuh Setan Desa”. https://historia.id/politik/articles/cerita-di-balik-tujuh-setan-desa-vXWwm, diunduh 27 Juni 2022.