Komando Operasi Tertinggi (KOTI)

From Ensiklopedia

Komando Operasi Tertinggi (KOTI) adalah gabungan dari berbagai unsur kekuatan militer dan non-militer yang dikerahkan untuk tujuan pembebasan Irian Barat. Tidak berhenti setelah Irian kembali ke pangkuan Republik Indonesia, KOTI juga menjadi komando utama pengerahan kekuatan untuk operasi “Ganyang Malaysia” pada tahun 1966, meskipun tidak berusia panjang dan dibubarkan pada 1967. Pada praktiknya, KOTI pula berperan sebagai upaya kendali langsung Presiden Sukarno atas angkatan bersenjata dan menjadi unsur penyeimbang dari SAB (Staf Angkatan Bersenjata) (Cribb & Kahin 2004: 218-219).

KOTI didirikan pada 14 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 620 tahun 196. Keputusan tersebut memuat pemilihan Sukarno sebagai panglima dan pemimpin tertinggi KOTI yang dibantu oleh ketiga kepala staf angkatan darat (Letnan Jenderal Ahmad Yani), laut (Raden Edi Martadinata), dan udara (Komodor Udara Suryadi Suryadharma). Para kepala staf ini berkeja di bawah koordinasi langsung Kepala Gabungan Kepala Staf (GKS) yang dikepalai oleh Jenderal Abdul Harris Nasution.  (Cribb & Kahin 2004: 219).

Pada 2 Januari 1962, KOTI membentuk suatu komando untuk mengatur pertempuran di level theater (Mandala) yang diberi nama Komando Mandala. Komando ini ditugaskan sebagai unified command (komando gabungan) atas unsur-unsur militer yang akan dikerahkan dalam membebaskan Irian Barat. Komando Mandala diperintahkan untuk beroperasi di Indonesia Bagian Timur (oleh karena itu bermarkas di Ujung Pandang/Makassar) dengan satu tujuan, mengakomodasi segala kekuatan untuk merebut Irian Barat kembali ke tangan Republik Indonesia. Selaku komando tempur di bawah KOTI, Komando Mandala dikomandoi oleh perwira AD non-staf tertinggi yaitu Panglima KOSTRAD: Mayor Jenderal Soeharto (Dinas Sejarah Militer TNI-AD 1979: 257).

Di bawah komando KOTI, upaya-upaya merebut Irian Barat mulai dilakukan dengan mengedepankan metode infiltrasi (penyusupan) dari garis depan maupun belakang garis musuh. Perintah ini dilaksanakan oleh Komando Mandala dengan pengerahan berbagai unsur pasukan dari AD, AL, dan AU, baik pasukan reguler maupun pasukan khusus seperti RPKAD dan Den Pas Sus (Unsur ALRI). Bagaimanapun, upaya infiltrasi yang diperintahkan tidak selalu berhasil (Dinas Sejarah Militer TNI-AD 1979: 258).

Salah satu peristiwa krusial yang dihadapi oleh KOTI di awal pendiriannya adalah Tragedi Laut Arafuru. Pada Februari 1962, armada kapal-kapal AL yang berupaya masuk ke garis depan Irian Barat mendapat serangan sengit dari armada kapal dan pesawat Belanda. Serangan ini menenggelamkan Motor Torpedo Boat milik Republik Indonesia yang kala itu dipimpin langsung oleh Komodor Yosaphat Sudarso. Buntut dari peristiwa ini adalah pemberhentian Marsekal Suryadi Suryadharma selaku Panglima AURI sebab dugaan bahwa armada AL tidak mendapatkan cukup pengawalan udara oleh AU (Soewito, Suyono, & Suhartono 2008: 15).

Di sekitar peristiwa G30S, KOTI masih jadi penguasa tertinggi atas angkatan bersenjata. Keputusan-keputusan di bidang pertahanan dan militer pada periode ini masih diambil oleh KOTI dengan Sukarno sebagai panglimanya. Kemudian, transisi politik penuh traged ini turut berkontribusi atas kegagalan Konfrontasi.

Ketidakberhasilan ini kemudian turut mengorbankan eksistensi KOTI yang sejak Februari 1966 berubah nama menjadi Komando Ganyang Malaysia (KOGAM). Namun, seiring dengan transisi kekuasaan dari Presiden Sukarno ke Suharto, KOGAM tidak pula berusia panjang karena diakhiri tugasnya pada tahun 1967. Setelah itu, pemerintahan Orde Baru justru melakukan normalisasi hubungan RI-Malaysia melalui sebuah Operasi Khusus (OPSUS) (Conboy 2004: 76).

Penulis: Satrio Dwicahyo
Instansi: Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.


Referensi

Conboy, Kenneth J.. Intel: Inside Indonesia's Intelligence Service. Indonesia: Equinox Pub., 2004.

Cribb, R. B.., Kahin, Audrey. Historical dictionary of Indonesia. United Kingdom: Scarecrow Press, 2004.

Dinas Sejarah Militer TNI-AD. Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan TNI-AD dalam mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia. Indonesia: Dinas Sejarah Militer tentara nasional Indonesia Angkatan Darat, 1979.

Notosusanto, Nugroho., Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah nasional Indonesia: Zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia, ±1942-1998. Indonesia: Balai Pustaka, 2008.

Soewito, Irna Hanny Nastoeti Hadi., Suyono, Nana Nurliana., Suhartono, Soedarini. Awal kedirgantaraan di Indonesia: perjuangan AURI 1945-1950. Indonesia: Yayasan Obor Indonesia, 2008.