Laskar

From Ensiklopedia

Laskar adalah istilah yang disematkan kepada badan-badan pejuang yang dibentuk oleh berbagai pihak guna mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Laskar berwujud sekumpulan, organisasi dan/atau kelompok baik terorganisir atau terlembaga secara rapi maupun tidak. Istilah ini begitu dominan dalam fase sejarah Indonesia pasca-proklamasi, khususnya dalam era revolusi. Kehadirannya mulai muncul sejak kekalahan Jepang yang mendadak dalam Perang Dunia II kepada Sekutu. Jepang kemudian memberikan pelatihan militer kepada para pemuda Indonesia yang mendorong terbentuknya laskar-laskar (Cribb 1990; Mukhlis dkk, 1986; Kadir dkk, 1984).

Laskar hadir untuk melengkapi personil militer negara yang belum lengkap dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Anggota laskar terdiri dari berbagai kalangan dan latar pendidikan dan stratifikasi sosial yang berbeda. Ada dari kalangan pemuda terpelajar, pejuang sejak masa kolonial Belanda, dan rakyat biasa. Sebagian besar anggotanya adalah rakyat yang tidak mengenyam pendidikan formal atau paling tidak lulusan sekolah rakyat, dan tidak pandai membaca-menulis. Tetapi banyak di antara mereka adalah tokoh-tokoh kampung dan para jagoan yang memiliki keberanian di medan pertempuran (Cribb 1990). Para laskar awalnya berjuang menghadapi Sekutu kemudian pasukan Belanda dengan NICA-nya. Di masa revolusi, laskar mempunyai kekuasaan yang besar tidak saja di medan pertempuran, tetapi hingga menyangkut keluar masuk barang dari dan ke suatu daerah di wilayah kekuasaan mereka.

Upaya perlawanan laskar berlangsung di ibukota republik Jakarta hingga kota-kota maupun daerah lainnya di Indonesia. Di kota-kota Indonesia, rakyat dan pemuda bergabung dalam badan-badan pejuang. Di Jakarta, para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Pemuda Indonesia (API) kemudian membentuk Laskar Rakjat Djakarta Raja (LRDR). Laskar ini selain kelompok bersenjata yang berasal dari kampung atau wilayah sekitar Jakarta, juga bergabung para jago kampung. Kelompok laskar terhubung dengan kelompok perjuangan lain seperti Kebaktian Rakjat Indonesia Sulawesi (KRIS) yang ada di Jakarta. Organisasi KRIS ini pula yang mendorong munculnya berbagai laskar-laskar pejuang di wilayah Sulawesi (Kadir dkk, 1984).

Kebijakan rasionalisasi dan restrukturisasi yang dilakukan pada masa awal pemerintahan Sukarno terhadap tentara telah menimbulkan goncangan di kalangan pejuang dan anggota laskar. Banyak anggota laskar yang tidak masuk dalam Tentara Nasional Indonesia, terutama laskar-laskar yang dianggap tidak disiplin, tidak professional, dan tidak terlatih.  Hal ini menimbulkan kekecewaan di kalangan laskar dan mendorong terjadinya pemberontakan, seperti  pemberontakan yang dipimpin Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Pemberontakan ini juga disebabkan karena tidak terakomodasinya para anggota-anggota laskarnya pada keanggotaan tentara yang melakukan seleksi dengan berbagai persyaratan (Harvey, 1990). Selain itu para laskar yang tersingkir dari militer professional memilih menjadi bandit (Ibrahim 2004). Pasca revolusi, anggota laskar tersebar dalam berbagai pekerjaan. Ada yang tergabung dalam ketentaraan, menjadi pengusaha, bergerak dalam bidang sosial, tetapi tidak sedikit yang terlibat dalam dunia kriminalitas. Di kota-kota besar di Indonesia, pelaku kejahatan yang meresahkan warga di antaranya adalah eks laskar yang pernah berjuang di masa revolusi. Di tahun 1950-an, eks laskar pejuang banyak berkecimpuang dalam organisasi penjaga keamanan (Fauzi 2010: 15, 23).

Penulis: Ida Liana Tanjung
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi:

Cribb, Ribert Bridson (1990). Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1945: Pergulatan antara Otonomi dan Hegemoni. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Fauzi, Muhammad (2010) “Jagoan Jakarta dan Penguasaan di Perkotaan, 1950-1966. Depok: Tesis Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.

Harvey, Barbara Sillars (1989). Pemberontakan Kahar Muzakkar. Dari Tradisi ke DI/TII. Jakarta: Grafiti Press.

Ibrahim, Julianto (2004). Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan: Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta. Wonogiri: Bina Citra Pustaka.

Kadir, Harun, dkk (1984). Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Sulawesi Selatan 1945-1945. Ujung Pandang: LP Unhas.

Mukhlis dkk (1987). Monumen Perjuangan di Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud.