Angkatan Pemuda Indonesia
Angkatan Pemuda Indonesia (dikenal dengan nama API) adalah organisasi kepemudaan yang berdiri terkait erat dengan agenda proklamasi kemerdekaan negara Indonesia. Mewakili pergerakan “golongan muda”, API menginginkan kemerdekaan yang mandiri dan tanpa menunggu restu dari penguasa Jepang.
Tanggal dan tahun pendirian API tidak pernah disebutkan secara konklusif. Namun, Soe Hok Gie dalam Orang-Orang Di Persimpangan Kiri Jalan menulis bahwa API didirikan tidak lama sebelum 17 Agustus 1945 oleh golongan muda di Jakarta. Golongan muda yang dimaksud adalah Grup Menteng 31 yang dikenal kritis terhadap sepak terjang “golongan tua”, teristimewa Sukarno dan Muhammad Hatta, yang begitu berhati-hati membaca situasi pasca kekalahan Jepang (Hok Gie 2005: 57; Soewito 1993: 278).
Grup Menteng 31 bekerjasama dengan kelompok-kelompok pemuda lainnya mendirikan API yang kemudian diketuai oleh Wikana, seorang tokoh muda dan “veteran” Kaigun atau tentara angkatan laut Jepang. Di jajaran wakil, terdapat Chairul Saleh yang berafiliasi dengan Grup Menteng 31. Sementara itu, Darwis yang duduk sebagai bendahara berafiliasi dengan kelompok Prapatan 10 yang dinamai dari alamat asrama Ika Daigaku (perguruan tinggi kedokteran) yang didirikan oleh penguasa Jepang. Di jajaran anggota, terdapat beberapa nama yang dikenal sebagai tokoh kiri seperti D.N. Aidit, Pardjono, A.M. Hanafi, Kusnandar, Djohan Nur, dan Chalid Rasjidi. (Hok Gie 2005: 57).
API di Jakarta menyatakan bahwa pendiriannya bertujuan untuk memperteguh kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan kedaulatan rakyat dengan memperjuangan masyarakat yang adil dan makmur (Soewito 1993: 278). API di Jakarta memiliki beberapa cabang di Jawa Barat yaitu di Bandung, Bogor, Banten, Sukabumi, dan Cirebon (Soewito 1993: 278) ).
Tidak hanya di Jakarta, API juga berdiri di sejumlah kota lain di Indonesia. API Aceh, misalnya, didirikan oleh pemuda Aceh yang sebelumnya merupakan milisi di satuan-satuan bentukan Jepang seperti Giyugun, Heiho, dan Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa). Setelah didirikan pada 27 Oktober 1945, API Aceh langsung memiliki sembilan Wakil Markas Daerah (WMD) yang terletak di seluruh Aceh. Kemudian, API Aceh juga telah menegaskan tiga fungsi utamanya: menjadi dasar bagi Tentara Republik Indonesia, mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menjaga keamanan dan ketenteraman umum (Komando Militer Iskandar Muda 1972: 81-84).
Dalam sejarahnya, API lebih banyak diketahui atas gerakan-gerakan kolektif ketimbang gerakannya sebagai sebuah organisasi. Sebagai contoh, API yang didirikan di Jakarta merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang mendirikan Komite Van Aksi. Komite ini merupakan respons dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dianggap tidak mengindahkan kelompok-kelompok pemuda yang sudah eksis sebelumnya. Selain API, terdapat pula Barisan Rakyat Indonesia (Bara) dan Barisan Buruh Indonesia yang tergabung dalam komite ini. Sebagai catatan, Barisan Rakyat (organisasi untuk kaum tani) dan Barisan Buruh Indonesia (BBI) juga didirikan oleh Grup Menteng 31 pada September 1945. Dari afiliasinya nampak bahwa kedua organisasi ini terafiliasi dengan kelompok kiri (Anderson 2006: 118).
Sebagai contoh lain, API di Jakarta juga merupakan salah satu kelompok yang membentuk organisasi militer sosialis bernama PESINDO (Pemuda Sosialis Indonesia). Selain API, PESINDO juga merupakan fusi dari organisasi-organisasi seperti Pemuda Republik Indonesia (PRI), Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI), Gerakan Pemuda Republik Indonesia, Angkatan Muda Kereta Api, Angkatan Muda Pos, Telegraf, dan Telekomunikasi, dan Angkatan Muda Gas-Listrik. Bergabungnya API ke dalam PESINDO didorong oleh Chairul Saleh yang berkedudukan sebagai Wakil Ketua (Kahin 2003: 162). Fusi API ke dalam PESINDO dapat dipahami sebab sejak pendiriannya, API juga diharapkan menjadi sebuah organisasi bersenjata. Namun, pada praktiknya, API yang didirikan pada September 1945 ini tidak terorganisasi dengan baik, utamanya jika dibandingkan dengan Pemuda Republik Indonesia (Kahin 2003: 62).
Penulis: Satrio Dwicahyo
Instansi: Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.
Referensi
Anderson, Benedict Richard O'Gorman., Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. India: Equinox Pub., 2006.
Kahin, George McTurnan., Kahin, George McTurnan. Nationalism and Revolution in Indonesia. Southeast Asia Program, Cornell University, 2003.
Kodam Iskandar Muda. Dua windhu KODAM-I/Iskandar Muda. Aceh: n.p., 1972.
Soe, Hok Gie. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Jakarta: MMU, 2005.
Soewito, Irna Hanny Nastoeti Hadi., Soewito, Irna Hanny Nastoeti Hadi. Chairul Saleh, tokoh kontroversial. Jakarta: Tim Penulis, 1993.