Muhammadiyah

From Ensiklopedia

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Tujuan pendiriannya didasarkan atas pembacaan kondisi lokal di Jawa ketika itu, mulai dari meningkatnya Kristenisasi di Indonesia, penetrasi Belanda di tanah air, ketidakefisienan lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional, dan ketidakpedulian terhadap agama yang ditunjukkan sebagian kalangan nasionalis, termasuk beberapa intelektual Indonesia. Targetnya adalah mereformulasi ajaran Islam agar sesuai dengan semangat modern, termasuk memurnikan pelaksanaan ajaran Islam dari berbagai pengaruh lokal (Saleh 2004:22).

Pada awal berdirinya pada 1912, rumusan tujuan Muhammadiyah berbunyi “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi putera, di dalam residensi Yogyakarta, dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.” Meski lahir di Jawa, tepatnya di Kauman Yogyakarta, secara ideologi Muhammadiyah banyak dipengaruhi oleh pemikiran Haji Rasul dari Padang, Sumatra Barat (Peacock 1978). Di tingkat yang lebih luas, Muhammadiyah dipengaruhi pembaruan Islam di Mesir dan Timur Tengah. Dari segi pemikiran keagamaan, terutama dalam konteks modernisasi, Muhammadiyah banyak mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir.

Sebagai upaya mencapai tujuan organisasi, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola dengan sistem modern, mengadakan rapat-rapat dan tabligh untuk proses diseminasi ajaran Islam, mengembangkan dana sosial keagamaan untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk mendirikan wakaf dan masjid (Deliar Noer 1980:84-86; Pasha & Darban 2003: 129-34). Muhammadiyah juga mengembangkan penerbitan pers untuk menyebarkan informasi dan gagasan dan pemikiran Islam kepada masyarakat Hindia Belanda, sebagaimana disebutkan dalam AD/ART Muhammadiyah 1914. Terinspirasi keberhasilan ide-ide reformasi Islam Al-Imam dan Al-Munir, Muhammadiyah menerbitkan majalah Suara Muhammadiyah sejak tahun 1915 (Tim Pusat Data dan Penelitian Suara Muhammadiyah, 2019).

Muhammadiyah memiliki organisasi perempuan bernama Aisyiyah yang berdiri pada 19 Mei 1917 di Yogyakarta. Sebagai upaya memperkuat budipekerti dan karakter anak-anak muda, pada 1918 Muhammadiyah membentuk gerakan kepanduan bernama “Padvinder Muhammadiyah” yang berubah nama menjadi Hizbul Wathan pada 1920 (Kepandoean Hizboel Wathan, 1936). Sementara dalam upaya memperkuat pelayanan sosial kepada masyarakat, Muhammadiyah membentuk Penoeloeng Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang berperan mendesain, mengelola, dan mengembangkan pelayanan sosial. Diketuai oleh Hadji Soedjak, dalam kurun 1920-1931, PKO telah membuka poliklinik kesehatan (1923) serta mendirikan rumah miskin (1923) dan rumah yatim (1931) (Yuristiadhi 2015:196). Pada 1927, Muhammadiyah membentuk Majlis Tarjih, tempat para anggota Muhammadiyah bermusyawarah menyelesaikan persoalan, menyeleraskan perbedaan, dan mengambil keputusan.

Aksi-aksi kongkret Muhammadiyah juga terlihat dari pengembangan agenda pendidikan (tanwir) bagi masyarakat. Pada Kongres Muhammadiyah 1926 di Surabaya dilaporkan Muhammadiyah telah memiliki 16 HIS, 1 schakelschool, 40 dessaschool, 15 jatimschoolen, dan 2 kweekschoolen. Selain itu, setahun sebelumnya, Muhammadiyah tercatat telah memiliki 55 sekolah dengan 4000 murid. Dalam pelayanan perpustakaan, Muhammadiyah telah memiliki empat perpustakaan di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya dan Pekalongan dengan koleksi lebih dari 10.000 buku-buku Islam berbahasa Melayu (Yuristiadhi, 2015:206). Kesemua aksi tersebut mendapat dukungan besar dari seluruh anggota Muhammadiyah yang hingga tahun 1926 berjumlah sekitar 44.879 orang (Alfian 1989: 187).

Tidak hanya fokus pada gerakan pembaruan yang menekankan pada pemurnian ajaran Islam, Muhammadiyah juga berperan dalam banyak peristiwa bersejarah, seperti: kebangkitan nasional (1900-1942), perjuangan diplomasi kemerdekaan dan pendirian negara Indonesia (1942-1945), perjuangan perang mempertahankan kemerdekaan (1945-1949), serta perjuangan kebangsaan dalam meletakkan dasar dan menyusun konstitusi negara Republik Indonesia (1945-1959).

Penulis: Setyadi Sulaiman
Instansi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A.


Referensi

Alfian (1989), Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist Organization under Dutch Colonialism (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press)

Jainuri, Achmad (1999), The Formation of Muhammadiyah’s Ideology, 1912-1942 (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press).

Kepandoean Hizboel Wathan (1936), Jogjakarta: H.B. Moehammadijah

Noer, Deliar (1980), Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES)

Pasha, Mustafa Kamal & Darban, Ahmad Adaby (2003), Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis, cet ke-3 (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Peacock, James L. (1978), Purifying the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesian Islam (California: Cummings)

Tim Pusat Data dan Penelitian-Pengembangan Suara Muhammadiyah (2019), Sejarah Seabad Suara Muhammadiyah: Jilid I (1915-1963), Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Yuristiadhi, Ghifari (2015), “Aktivisme Hoofdbestuur Muhammadiyah Bagian PKO di Yogyakarta Sebagai Representasi Gerakan Pelayanan Sosial Masyarakat Sipil (1920-1931)” Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11, No. 2.

_________________ (2020), Filantropi Masyarakat Perkotaan: Transformasi Kedermawanan oleh Gerakan Islam di Yogyakarta, 1912-1931 (Yogyakarta: Suara. Muhammadiyah).