Pemuda Kaum Betawi
Pemuda Kaum Betawi adalah organisasi kepemudaan Betawi yang didirikan pada awal tahun 1927 dan ikut serta dalam Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Didirikan oleh para pemuda Betawi yang merasa tertinggal dari pemuda daerah lainnya, organisasi kepemudaan ini memiliki visi kebangsaan karena membuka pintu untuk semua pemuda Indonesia, bahkan di antara para pengurusnya sendiri ada yang bukan pemuda betawi asli. Pada bulan Mei 1927, pengurus Pemuda Kaum Betawi dikukuhkan dengan M. Tabrani, yang bukan orang Betawi, dipilih sebagai ketua Pemuda Kaum Betawi yang pertama. Ia digantikan oleh Abdul Chalik pada tahun 1928 (Suud 1974: 36).
M. Tabrani adalah pemuda kelahiran Pamekasan, Madura 10 Oktober 1904. Di masa mudanya, Tabrani sangat aktif dalam kegiatan Jong Java, bahkan ikut serta dalam Kongres Jong Java yang pertama di Solo. Selain itu, dalam bidang keislaman Tabrani juga mengorganisir para pemuda untuk ikut belajar mengaji bersama Haji Mansur dari Muhammadiyah (Hanifah 1975: 34). Tabrani menjabat sebagai ketua dalam Kongres Pemuda I yang berlangsung antara 30 April hingga 2 Mei 1926. Sebagai seorang wartawan muda yang banyak akal, Tabrani dan kawan-kawannya berhasil memimpin rangkaian Kongres Pemuda I tanpa banyak halangan dan kecurigaan dari Dinas Intelijen Hindia Belanda (Politieke Inlichten Dienst). Meskipun begitu, kongres pertama itu tidak menghasilkan keputusan apapun sehingga disepakati untuk menunggu kongres selanjutnya (Tabrani 1975: 7).
Dalam setiap kegiatannya, Pemuda Kaum Betawi selalu menjunjung tinggi persatuan nasional dibuktikan dengan bahasa Indonesia yang digunakan dalam setiap kegiatan. Selama tahun 1927, Pemuda Kaum Betawi menjalankan program-program yang berfokus mendidik para pemuda Betawi secara internal sembari mendorong mereka untuk ikut serta berpartisipasi dalam berbagai organisasi pergerakan seperti pemuda-pemuda dari daerah lainnya (Suud 1974: 36-37).
Sebagai organisasi pemuda, Pemuda Kaum Betawi juga ikut mendukung program-program Organisasi Perhimpunan Kaum Betawi yang didirikan oleh kaum tua sejak tahun 1923. Organisasi ini didirikan oleh Masserie dan M. Damirie dan diakui sebagai badan hukum oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 22 Desember 1923. Tak heran bahwa program yang dicanangkan oleh Pemuda Kaum Betawi juga selaras dengan organisasi kaum tua tersebut, yakni bergerak di bidang pemberdayaan orang-orang Betawi pada khususnya dan rakyat Hindia Belanda pada umumnya yang berlandaskan semangat kebangsaan dan nilai-nilai Islam (Siswantari 2019: 4).
Pada tahun 1928, Pemuda Kaum Betawi membuktikan semangat kebangsaannya dengan mengirim wakilnya yang bernama Rohjani Soe’oed di dalam Kongres Sumpah Pemuda II yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Rochjani Soe’oed sendiri sebelumnya adalah anggota Jong Java dan Sekar Rukun dari 1921 hingga 1925. Rohjani lahir di Jakarta pada 1 November 1906. Selepas lulus dari Rechtschool pada 1927, Rochjani dipekerjakan di Landraad Jakarta. Selain itu Rochjani juga aktif dalam Jong Islamieten Bond sejak berdirinya hingga tahun 1927. Pada tahun 1929 Rochjani tidak lagi aktif di Pemuda Kaum Betawi, melainkan menjadi sekretaris Perhimpunan Kaum Betawi yang diketuai oleh M.H Thamrin (Suud 1974: 37).
Dalam Kongres Pemuda II, Rochjani menjabat sebagai Sekertaris Pembantu V. Selain Pemoeda Kaoem Betawi, para peserta kongres berasal dari berbagai organisasi kepemudaan kala itu, yakni Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Batak Bond, Jong Celebes dan Perhimpoenan Peladjar Indonesia (Kutoyo 1970: 50). Selepas Kongres Pemuda II, para anggota Pemuda kaum Betawi yang masih remaja dianjurkan untuk menggabungkan diri pada organisasi yang lebih besar seperti Jong Java dan sebagainya, sedangkan bagi anggota yang lebih dewasa ditugaskan membantu segala kegiatan kaum tua di Perhimpunan Kaum Betawi (Suud 1974: 38). Kongres ini menghasilkan naskah Sumpah Pemuda yang terkenal, yaitu:
- Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
- Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia (Sudiyo 1997: 53).
Penulis: Muhamad Mulki Mulyadi Noor
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Dr. Bondan Kanumoyoso
Referensi
Hanifah, Abu (1975) Peranan Pemuda Sekitar Tahun 1928. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda .
Siswantari (2019) Perhimpoenan Kaoem Betawi (1923-1942). Disertasi Universitas Indonesia, Depok: Belum Diterbitkan.
Sudiyo dkk (1997), Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia: Dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan. Jakarta: DEPDIKBUD-MUSKITNAS.
Sutrisno Kutoyo (1970) Suatu Catatan Tentang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Jakarta: LSA Ditjen Kebudayaan, Dep P & K.
Suud, Rochjani (1974) “Sejarah Berdirinya Pemuda Kaum Betawi” dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta: Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta.
Tabrani, M. “Sejarah Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia”, dalam Hanifah, Abu (1975) Peranan Pemuda Sekitar Tahun 1928. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.