Taman Ismail Marzuki

From Ensiklopedia

Taman Ismail Marzuki (TIM) berada di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Lokasi pusat kesenian ini dahulu bekas kebun binatang milik pelukis terkemuka Raden Saleh. Nama Ismail Marzuki merupakan nama komposer terkenal Indonesia yang meninggal dunia pada tahun 1958 dalam usia 44 tahun. Ia telah menghasilkan banyak lagu dan karya yang dikenal luas oleh publik baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama pusat kesenian yang dibangun dan berdiri di tengah Kota Jakarta ini.

Sebelum Taman Ismail Marzuki, gedung planetarium lebih dulu dibangun di kompleks kesenian itu. Pemancangan tiang pertama planetarium dilakukan pada September 1964. Arsitek yang mempunyai andil dalam pembangunan Taman Ismail Marzuki adalah Ir. Wastu Pragantha Zong atau disapa dengan nama Pak Tjong. Dalam pembangunan Taman Ismail Marzuki, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin berperan penting. Ia mendukung dibangunnya Pusat Kesenian Jakarta yang diurus oleh para seniman dengan pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Taman Ismail Marzuki dibangun pada 1968 dan diresmikan pada tanggal 10 November tahun itu juga.

Seiring dengan pembangunan Taman Ismail Marzuki, dibentuk pula Dewan Kesenian Jakarta yang beranggotakan para seniman dan budayawan yang keanggotaannya diatur secara berkala. Tugas dan fungsi Dewan Kesenian Jakarta adalah membina dan memberi kesempatan kepada seniman dan budayawan untuk berkreasi dan menyajikan karyanya kepada masyarakat luas. Gubernur DKI Jakarta juga menetapkan pembentukan Akademi Jakarta yang tugasnya memberi saran atau nasehat kepada gubernur terkait pembinaan dan pengembangan seni budaya, menentukan kebijakan umum pembinaan kesenian bagi Dewan Kesenian Jakarta, serta berwenang memberikan anugerah seni kepada seniman/budayawan berprestasi.

Aktivitas kesenian di Jakarta sebelum Taman Ismail Marzuki dibangun antara lain berlangsung di Prinsen Park di Lokasari, Sawah Besar, yang terkenal pada tahun 1930an hingga 1940an. Nama-nama besar seniman dalam panggung hiburan waktu itu seperti Fifi Young, Sam Saimun, Iskandar, Chairil Anwar, dan Bing Slamet. Pasca revolusi Indonesia, aktivitas seniman berlangsung di Senen, yang juga merupakan kawasan perniagaan terkenal sejak era Hindia Belanda. Selain Senen, tempat lain di Jakarta yang menjadi pusat kegiatan seniman adalah Gedung Balai Budaya yang terletak di wilayah Menteng.

Pembangunan Taman Ismail Marzuki seperti menyatukan segala aktivitas kesenian dalam satu kompleks, yang sebelumnya terpisah-pisah. Taman Ismail Marzuki memiliki gedung-gedung untuk berbagai pertunjukan seni atau aktivitas kebudayaan seperti musik, tari, teater, film, seni rupa, sastra, dan diskusi atau seminar. Gedung-gedung yang berada di pusat kesenian tersebut yaitu Graha Bhakti Budaya, Teater Arena, Teater Tertutup, Teater Terbuka, galeri, wisma seni, Masjid Amir Hamzah. Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dengan koleksi terkait sastra, seni budaya juga berada di dalam Taman Ismail Marzuki.

Pada 2019 Taman Ismail Marzuki direnovasi. Gedung baru dibangun, yakni Gedung Panjang yang berfungsi sebagai Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, perpustakaan umum, galeri, kantor. Desain gedung terinspirasi dan mengambil bentuk notasi musik karya Ismail Marzuki berjudul Rayuan Pulau Kelapa.

Penulis: Mohammad Fauzi
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

Farihah. Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki: Oase Kesenian di Belantara Ibukota, 1968-1998. Skripsi sarjana Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sejarah, 2015.

https://historia.id/urban/articles/cerita-awal-taman-ismail-marzuki-Pzd3R/page/3

https://metro.tempo.co/read/354640/tjong-arsitek-taman-ismail-marzuki-wafat/full&view=ok

https://www.jakarta-propertindo.com/arsitek-taman-ismail-marzuki-tim-ungkap-filosofi-desain-bangunan-gedung-panjang/

“Investasi Kulturil Bagian dari Repelita,” Elbahar, 12 November 1968.

Rosjidi, Ajip. Hidup Tanpa Ijazah: Yang Terekam Dalam Kenangan. Jakarta: Pustaka Jaya, 2008.

Suprijadi dan Atmakusumah. “Taman Ismail Marzuki,” Pelopor Baru, 2 Nopember 1968.

“Taman Ismail Marzuki Resmi Dibuka. Gubernur: Generasi jad [jang akan datang] pasti mengetjap hasilnja,” Pelopor Baru 11 Nopember 1968.

Team Penyusunan Buku Catatan Gubernur H. Ali Sadikin. Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1977.