Universitas Islam Indonesia (UII)
Universitas Islam Indonesia (UII), berdiri pada 8 Juli 1945, menjadi salah satu universitas Islam terkemuka yang ada di Indonesia. Sejumlah tokoh nasional seperti Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Prof. Abdulkahar Muzakkir, Mohammad Roem, KH. Wachid Hasyim turut membidani dan menghidupkan kegiatan akademik lembaga ini. Sidang umum Masjoemi pada tahun 1945 menjadi salah satu tonggak sejarah penting mengapa tokoh-tokoh nasional tersebut berembuk untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam dan menjadikan Prof. Abdulkahar Mudzakkir menjadi Rector Magnificus selama dua periode, yakni 1945-1948 dan 1948-1960.
UII awalnya bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) yang didirikan di Jakarta. Baru pada 10 April 1946, STI resmi dibuka juga di Yogyakarta. Lalu pada 14 Desember 1947, STI bertransformasi menjadi Universitas Islam Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. Mula-mula, kampus ini memiliki beberapa fakultas perintis seperti Fakultas Agama, Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Ekonomi. Aktivitas pendidikan sudah berjalan ketika itu, utamanya melanjutkan apa yang sudah dilakukan ketika lembaga ini masih bernama STI. Lalu pada 5 Juni 1948 kampus ini baru dibuka secara resmi di Pendopo Kepatihan, Yogyakarta.
Di masa Revolusi, ketika Belanda melakukan agresi militer, UII sempat ditutup selama 7 bulan. Dalam sejumlah catatan, banyak dosen dan mahasiswa UII yang turut berjibaku mengusir Belanda (Universitas Islam Indonesia 2021). Ketika perang usai, perkuliahan di UII pun tidak serta merta kembali seperti sediakala. Perkuliahan terpaksa dilakukan di sejumlah wilayah di Yogyakarta, termasuk rumah dosen dan juga Kraton Yogyakarta.
Pada Agustus 1950, Fakultas Agama UII berpisah dan bertransformasi menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)––yang pada perkembangan selanjutnya menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Selang setahun berikutnya, Fakultas Pendidikan UII dibekukan dan Perguruan Tinggi Islam Indonesia Surakarta digabung ke dalam UII.
Sekitar tahun 1961, di bawah kepemimpinan Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangoen, Fakultas Agama dan Fakultas Pendidikan dibuka kembali. Namun, alih-alih menggunakan kata pendidikan, kata “tarbiyah” dipilih sebagai nama baru sehingga menjadi Fakultas Tarbiyah. Sementara Fakultas Agama diganti namanya menjadi Fakultas Syariah. Lalu dari tahun 1964-1970, di bawah kepemimpinan Prof. Dr. dr. M. Sardjito, M.P.H., UII mulai membuka cabang bari di Surakarta, Purwokerto, Cirebon, Klaten, Madiun, Bangil, dan Gorotanlo. Lima fakultas berada di Yogyakarta lalu 17 sisanya tersebar di wilayah-wilayah tersebut. Meski demikian, dengan diterbitkannya peraturan perundangan tahun 1967 dan 1968 mengharuskan UII melebur fakultas cabang ke fakultas induk di Yogyakarta. Dalam perjalanannya, beberapa fakultas tidak Kembali melainkan bertransformasi menjadi kampus tersendiri.
Pada awal 1970-an hingga 1982, UII mengalami perkembangan dalam pembangunan fisik mencakup kantor dan gedung fakultas, dimulai dengan kantor pusat yang berada di Jalan Cik di Tiro. Pembangunan gedung ini kemudian diikuti dengan pengembangan tiga kampus lain yang terletak di sejumlah lokasi di kota Yogyakarta. Selama periode ini, beberapa fakultas di UII juga mulai memperoleh status akreditasi dan juga memprakarsai kolaborasi dengan lembaga baik nasional maupun internasional, seperti Universitas Gadjah Mada, King Abdul Aziz University Arab Saudi, dan The Asia Foundation.
Sejak awal 1990-an sampai saat ini, UII telah mengembangkan kampus terpadu yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pengembangan penunjang kegiatan akademik melalui peningkatan status akreditasi program studi di lingkungan UII. Selain itu, pada periode ini juga dilakukan pengembangan kegiatan kemahasiswaan, pengabdian pada masyarakat serta kerjasama institusional. Kegiatan akademik UII mulai menempati Kampus Terpadu. Pembangunan fasilitas akademik terus berlangsung sampai sekarang. Pada 1996, Mendirikan Pondok Pesantren UII sebagai program rekrutmen mahasiswa unggulan.
Sampai dengan 2022, UII menawarkan 4 program diploma, 26 program sarjana, 13 program magister, 5 program doktor, dan 3 program profesi dengan berbagai pilihan disiplin ilmu di bidang bisnis, hukum, sosial, teknik, kedokteran, dan masih banyak lagi.
Penulis: Endi Aulia Garadian
Instansi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A.
Referensi
Universitas Islam Indonesia. 2021. “Historical Milestone of UII.” Universitas Islam Indonesia. https://www.uii.ac.id/en/history/ (Juli 8, 2022).