Mochtar Apin: Difference between revisions

From Ensiklopedia
m (Text replacement - "Category:Tokoh" to "{{Comment}} Category:Tokoh")
m (Text replacement - "Penulis: Ida Liana Tanjung" to "{{Penulis|Ida Liana Tanjung|Masyarakat Sejarah Indonesia|Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum}}")
Line 11: Line 11:
Setelah Mochtar Apin wafat, karya-karyanya masih tersimpan rapi di rumah almarhum  di Jalan Tamansari, Bandung. Sebuah ''array'' dari objek, cetakan dan karya seni dan kerajinan tradisional yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin tersebar di seluruh ruangan. Buku-buku seni  hingga desain, fotografi, film, sastra, dan politik yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin sejak 1950-an juga tetap dirawat di rumah ini (Susie, 2013:4).
Setelah Mochtar Apin wafat, karya-karyanya masih tersimpan rapi di rumah almarhum  di Jalan Tamansari, Bandung. Sebuah ''array'' dari objek, cetakan dan karya seni dan kerajinan tradisional yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin tersebar di seluruh ruangan. Buku-buku seni  hingga desain, fotografi, film, sastra, dan politik yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin sejak 1950-an juga tetap dirawat di rumah ini (Susie, 2013:4).


Penulis: Ida Liana Tanjung
{{Penulis|Ida Liana Tanjung|Masyarakat Sejarah Indonesia|Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum}}





Revision as of 13:10, 10 August 2023

Mochtar Apin adalah pelukis Indonesia yang lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 23 Desember 1923. Beristrikan Sien Apin, Mochtar Apin adalah kakak dari penyair ternama Rivai Apin. Ia menempuh pendidikan di Universitas Indonesia pada tahun 1948, dan setelah itu Seni Rupa ITB di mana dia berkenalan dengan Ries Mulder, pelukis asal Belanda. Pada tahun 1951, ia  mendapat beasiswa ke Belanda dari Stichting voor Culturele Samenwerking (STICUSA), tempat ia  bekerja dan berpameran selama dua tahun. Pada 1953, ia pergi ke Paris untuk belajar selama empat tahun di Ecole Nationale Superieure des Beaux-Arts. Kemudian ia belajar selama setahun di Deutsche Akademie der Kunste, Berlin, Jerman. Mochtar Apin banyak mencurahkan perhatian pada seni grafis serta fotografi. Pada Mei 1958 Mochtar Apin kembali ke Indonesia dan  bergabung dengan staf pengajar di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 1966 ia diangkat menjadi kepala Bagian Grafis dari Departemen Seni Rupa. (Susie, 2013; http://encyclopedia.jakarta.tourism.go.id).

Sejak kecil, Mochtar Apin telah tertarik di seni lukis. Pada awal 1940-an, ia menjadi anggota termuda Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI). Ia juga bergabung di Keimin Bunka Shidoso, sebuah pusat budaya didirikan pada masa pendudukan Jepang untuk memperluas minatnya dalam melukis. Meski, minatnya masih terbatas pada lukisan yang berkaitan dengan modernitas, identitas nasional, dan artistik kemerdekaan. Pada tahun 1946,  ia aktif sebagai editor di jurnal Nusantara. Setahun kemudian, ia bekerja di majalah berkala Pembangunan dan Gema Suasana. Selain itu ia juga memproduksi ilustrasi-ilustrasi untuk organisasi penerbitan pemerintah, Balai Pustaka (Susie 2013; http://encyclopedia. jakarta.tourism.go.id).

Pada masa revolusi, Mochtar Apin, bersama  Rivai Apin, Chairil Anwar, Asrul Sani dan Baharuddin Mara Sutan dan lainnya mendirikan Grup Gelanggang. Pada tahun 1946, ia bersama Grup Gelanggang mengeluarkan manifesto berjudul Surat Kepercayaan Gelanggang yang menyatakan: “Kami adalah pewaris sah Budaya Dunia dan kami akan lanjutkan dengan cara kita sendiri” (Susie, 2013:3).

Adapun beberapa karya lukisan dari Mochtar Apin ialah Figur 3 Wanita (1946-1978), M.H. Thamrin (1946-1994), Women and Sun (1966), Woman (1963), Dua Sosok Wanita (1965), Wanita Duduk di Kursi (1957), Fishing (1970), Berdiri (1967), Ambang Pintu (1976), Wanita Duduk (1978), dan Gadis di Pantai (1953). Karya Lukisan Mochtar Apin memperlihatkan minatnya pada komposisi unsur rupa yang esensial lewat garis bentuk dan warna. Walaupun beliau menghasilkan karya nude di sekitar tahun 1990-an dan menjadi suatu kontroversi, namun objek lukisan nude tersebut dianggap sebagai pemaknaan kepercayaan diri atau keterbukaan diri (http://archive.ivaa-online.org).

Lukisan Mochtar Apin pertama kali dipamerkan di Singapura pada tahun 1978. Sejak akhir 1970-an, Mochtar Apin telah mengadakan pameran secara teratur di seluruh Asia. Ia terakhir melakukan pameran pada tahun 2004 di pameran perjalanan penting, Kubisme di Asia: Dialog Tanpa Batas yang diselenggarakan oleh Japan Foundation. Pameran ini membahas secara krusial pendekatan seniman Asia terhadap ide-ide modern (Susie, 2013:5).

Setelah Mochtar Apin wafat, karya-karyanya masih tersimpan rapi di rumah almarhum  di Jalan Tamansari, Bandung. Sebuah array dari objek, cetakan dan karya seni dan kerajinan tradisional yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin tersebar di seluruh ruangan. Buku-buku seni  hingga desain, fotografi, film, sastra, dan politik yang dikumpulkan oleh Mochtar Apin sejak 1950-an juga tetap dirawat di rumah ini (Susie, 2013:4).

Penulis: Ida Liana Tanjung
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi

Lingham, Susie (2013). Pengarsipan Apin: Karya dan Dokumen dari Mochtar Apin Koleksi. Singapura: Pusat Seni NUS/Museum NUS (National University of Singapore).

http://archive.ivaa-online.org. Indonesian Visual Art Archive | Karya-Karya Mochtar Apin

http://encyclopedia.jakarta.tourism.go.id. Mochtar Apin