Mas Isman: Difference between revisions

From Ensiklopedia
m (Text replacement - "Penulis: Muhammad Yuanda Zara" to "{{Penulis|Muhammad Yuanda Zara|Universitas Negeri Yogyakarta|Dr. Farabi Fakih, M.Phil.}}")
No edit summary
 
Line 1: Line 1:
[[File:Mas Isman - L5144.jpg|center|thumb|Mas Isman. Sumber: [https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=353211 Koleksi Perpustakaan Nasional RI, No. Panggil - L5144]]]
Mayor Jenderal TNI (Purn) Mas Isman (lahir tanggal 1 Januari 1924 di Bondowoso, Jawa Timur), adalah pahlawan nasional Indonesia, pendiri dan komandan [[Tentara Nasional Indonesia|Tentara Republik Indonesia (TRIP)]] Jawa Timur''',''' Ketua Umum [[Kosgoro|Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong)]], duta besar Indonesia di Rangoon, Bangkok dan Kairo, dan ayah dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Hayono Isman (menjabat 17 Maret 1993-16 Maret 1998).
Mayor Jenderal TNI (Purn) Mas Isman (lahir tanggal 1 Januari 1924 di Bondowoso, Jawa Timur), adalah pahlawan nasional Indonesia, pendiri dan komandan [[Tentara Nasional Indonesia|Tentara Republik Indonesia (TRIP)]] Jawa Timur''',''' Ketua Umum [[Kosgoro|Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong)]], duta besar Indonesia di Rangoon, Bangkok dan Kairo, dan ayah dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Hayono Isman (menjabat 17 Maret 1993-16 Maret 1998).



Latest revision as of 16:30, 12 September 2024

Mas Isman. Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional RI, No. Panggil - L5144


Mayor Jenderal TNI (Purn) Mas Isman (lahir tanggal 1 Januari 1924 di Bondowoso, Jawa Timur), adalah pahlawan nasional Indonesia, pendiri dan komandan Tentara Republik Indonesia (TRIP) Jawa Timur, Ketua Umum Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong), duta besar Indonesia di Rangoon, Bangkok dan Kairo, dan ayah dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Hayono Isman (menjabat 17 Maret 1993-16 Maret 1998).

Ayahnya, Darmowarsito, berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, sementara ibunya berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Ia menempuh pendidikan di beberapa kota. Sekolah pertama yang dimasukinya ialah Holland Inlandsche School (HIS) di Purwokerto. Selepas itu, ia melanjutkan pendidikan level menengahnya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Cirebon, SMP Ketabang, Surabaya, Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Darmo-49 Surabaya, dan SMA di Malang (1946) (Radjab, 1983: vii).

Segera sesudah kekalahan Jepang dari Sekutu, Mas Isman membentuk TRIP. Para anggotanya adalah kawan-kawannya sendiri di SMT Surabaya. Mereka berhadapan dengan pasukan Jepang yang telah kalah serta pasukan Inggris yang ditempatkan di Surabaya guna menerima penyerahan diri Jepang dan membebaskan tawanan perang. Suatu catatan menyebut bahwa antara 1945-1950 terdapat 44 tentara pelajar yang meninggal akibat perang (AR & Tim Poltracking, 2014: 249). Pasukan tentara pelajar di bawah Mas Isman juga turut bertempur menghadapi pasukan Belanda. Pada Mei 1946, satu brigade Divisi TRIP Jawa Timur yang dikomandoinya merupakan salah satu biro perjuangan yang berada di luar organisasi BKR/TKR (K., 1991: 127).

Pasca perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ia menduduki berbagai jabatan. Pada tahun 1951-1956 ia berdinas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Ia juga diberi tugas di kantor perdana menteri, dan untuk tugas itu ia mendapat pangkat Letnan Kolonel. Pada tahun 1958 ia menjadi delegasi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada akhir dekade 1950-an hingga akhir dekade 1960-an ia memegang posisi sebagai duta besar Indonesia di beberapa negara, yakni sebagai duta besar di Rangoon, Myanmar (1959-1960) dengan pangkat kolonel, duta besar di Bangkok, Thailand (1960-1964) dengan pangkat brigadir jenderal, dan duta besar di Kairo, Mesir (1964-1967). Sesudah menjalankan tugas sebagai duta besar di berbagai negara tersebut, ia berkarier sebagai Asisten 6 Panglima Angkatan Darat di Markas Besar Angkatan Darat (MABAD). Pangkatnya naik menjadi Mayor Jenderal. Pada tahun 1978 ia beralih ke parlemen, dengan menjadi anggota DPR/MPR (Radjab, 1983: viii).

Bersama para alumni TRIP Jawa Timur, pada tahun 1957 ia mendirikan sebuah koperasi bernama Kosgoro. Melalui Kosgoro, ia dan kawan-kawannya mengalihkan perjuangannya dari perjuangan fisik ke perjuangan di bidang pembangunan. Kosgoro adalah salah satu pilar utama Golongan Karya (Golkar) (Cribb & Kahin, 2004: 224). Kekuatan ini dikenal sebagai Tri Karya. Pilar lain ialah Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (Soksi) dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Ia adalah ketua pertama Kosgoro. Belakangan, ia juga menjadi anggota Dewan Pembina DPR-Golkar.

Mas Isman ambil bagian dalam usaha memajukan pendidikan di Jawa Timur. Ini tampak dari posisinya sebagai anggota Dewan Penyantun Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)-Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sarmidi Mangunsarkoro Jawa Timur pada tahun 1957-1975. Ia menjadi anggota Dewan Penyantun di IKIP-PGRI Jawa Timur pada tahun 1976.

Ia menikah dengan Els Wowor, dan putra mereka, Hayono Isman, lahir di Jakarta pada 25 April 1955 (AR & Tim Poltracking, 2014: 248). Ia wafat pada 12 Desember 1982 pada usia 58 tahun karena serangan jantung. Setahun setelah ia meninggal, mantan anak buahnya, A. Radjab, menerbitkan sebuah buku untuk mengenang peran dan jasanya selama perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Jawa Timur, berjudul TRIP dan Perang Kemerdekaan (1983). Pemerintah RI menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya tahun 2015.

Penulis: Muhammad Yuanda Zara
Instansi: Universitas Negeri Yogyakarta
Editor: Dr. Farabi Fakih, M.Phil.


Referensi:

AR, Hanta Yuda & Tim Poltracking (2014). Jejak Para Pemimpin. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cribb, Robert & Audrey Kahin (2004). Historical Dictionary of Indonesia. Second Edition. Maryland: Scarecrow Press, Inc.

K., Heru Sukadri, Soewarno dan Ny. Umiati RA (1991). Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jawa Timur. Jakarta: Depdikbud.

Radjab, A (1983). TRIP dan Perang Kemerdekaan. Surabaya: Kasnendra Suminar.