Mohammad Sarengat
Mohammad Sarengat lahir pada 28 Oktober 1940 dari keluarga atlet. Dalam dunia akademik Sarengat kerap mengalami kegagalan, namun ia terus berupaya untuk memperbaiki pendidikannya. Ia bahkan berhasil lulus sebagai dokter berkat kesuksesannya dalam bidang olahraga.
Karir Mohammad Sarengat dalam bidang olahraga dimulai dalam Asian Games IV yang diselenggarakan pada 24 Agustus – 4 September 1962. Dalam olimpiade tersebut ia mendapatkan predikat pelari tercepat di nomor 100 meter sekaligus mencetak rekor Asia dengan waktu 10,2 detik. Dari Asian Games IV Sarengat berhasil membawa dua medali emas kejuaraan lari 100 meter dan lari halang rintang 110 meter. Ia juga berhasil membawa medali perunggu pada lari halang rintang 200 meter (Fan Hong, 2013: 18).
Kemenangan Sarengat dalam Asian Games IV membuatnya diundang Presiden Sukarno ke Istana Merdeka untuk diberi hadiah. Dalam pertemuan tersebut, ia mengajukan permintaan untuk dapat mengikuti tes ujian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Presiden Sukarno mengabulkannya dan ia pun berhasil menjadi mahasiswa kedokteran (Djoko Pitono, 2015: 167).
Dalam Asian Games IV sendiri sempat terjadi ketegangan di dalamnya. Saat itu panitia Asian Games IV 1962 di Jakarta menolak kehadiran Taiwan dan Israel sebagai peserta karena menghormati Cina dan Arab atas konflik yang terjadi di masing-masing negara saat itu. Presiden Sukarno melihat hal tersebut sebagai bentuk ketidakadilan. Ia kemudian mengadakan olimpiade sendiri yang pesertanya merupakan negara-negara yang baru merdeka, diberi nama Ganefo, Dalam acara tersebut Indonesia mendapatkan kemenangan dalam beberapa cabang, salah satunya olahraga lari, loncat indah dan lari gawang 110 m berkat Mohammad Sarengat dengan waktu 14,3 detik (Julius Pour, 2004: 58)
Setelah lulus sekolah kedokteran pada 1971 dan pensiun sebagai pelari, Mohammad Sarengat sempat menjadi dokter pribadi Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik. Ia juga dipercaya untuk menjadi Sekjen KONI Komite Olahraga Nasional Indonesia) Pusat pada 1980-an, Direktur Operasi Gelora Bung Karno, Kepala Bidang Pembinaan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) dan kepengurusan-kepengurusan lainnya (25). Sarengat meninggal pada 13 Oktober 2014 di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta setelah mendapatkan perawatan di sana.
Penulis: Siti Utami
Instansi: Universitas Tebuka
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.
Dewi Ningrum
Referensi
Djoko Pitono (2015), Soekarno Obor Indonesia Yang Tak Pernah Padam, Yogyakarta: Diandra Primamitra.
Pour, Julius (2004) Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno. Jakarta: Grasindo.
Pusat Data dan Analisa Tempo (2019), Seri II: Kiprah Serengat, Purnomom dan Mardi Lestari, Pelari Legendaris Nasional. Tempo Publishing.