Pantai Murba
Istilah Murba dibayangkan sebagai kelompok masyarakat miskin yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Mereka tidak memiliki kekuatan modal selain otak dan tenaga fisik. Istilah ini digunakan sebagai padanan dari kata "proletar" yang digunakan di Eropa. Tentu saja ada perbedaan antara proletar di Barat dengan Murba di Indonesia, setidaknya dalam hal hubungan kekerabatan dan corak perjuangannya.
Secara umum, Murba dikelompokkan berdasarkan profesinya. Misalnya, Murba Mesin adalah mereka yang bekerja di pabrik, bengkel, dan tambang; Murba Tanah adalah mereka yang bekerja di perkebunan dan persawahan; Murba Pengangkutan adalah mereka yang bekerja di bidang transportasi seperti kereta api dan kapal; Murba Perdagangan adalah mereka yang bekerja di firma, toko, perbankan, dan sebagainya; Murba Kota adalah para jembelan; dan Murba Intelek jembel. Jadi kaum Murba adalah mereka. yang tidak menghisap tenaga orang lain, namun justru mereka ditindas oleh kapitalisme. Sebagai kelompok yang diperas, paling dieksploitasi dalam kapitalisme dan imperialisme.
Oleh karena itu, semangat anti imperialisme, anti kapitalisme, dan anti fasisme menjadi azas dari partai golongan Murba ini. Sebagai partai politik, Partai Murba didirikan pada 7 November 1948 (Ricklefs 2001: 281). Mereka adalah golongan kiri nasionalis yang kecewa dengan golongan kiri Stalinis yang dianggap menodai revolusi dengan melakukan pemberontakan di Madiun. Partai ini juga disebut partai neo-Trotskyist Marxist (Jaspan 1969 : 28). Selain Tan Malaka, beberapa tokoh dari partai ini diantaranya adalah Chaerul Saleh, Soekarni, Adam Malik, dan Mr. Iwa Kusumasumantri.
Ketika sistem parlementer dijalankan pada tahun 1950, dimana kabinet bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Partai Murba berhasil mendapatkan 4 kursi di parlemen atau 1,7% dari total 232 kursi (Ricklefs 2001:295, 304). Sementara dalam Pemilu 1955, Partai Murba mendapatkan 0,5% suara (2 kursi) di parlemen. Ketika Sukarno memerintahkan pembubaran partai pada 28 Oktober 1956, Murba termasuk dari sedikit partai yang mendukung keputusan tersebut. Pada bulan Januari 1965, Partai Murba dibubarkan oleh Sukarno akibat persaingannya dengan Partai Komunis Indonesia. Namun pada tahun 1966, Sukarno mengeluarkan Keputasan Presiden untuk merehabilitasi Partai Murba. Pada Pemilu tahun 1971, Partai Murba bersama empat partai lainnya melebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia, dan mendapatkan suara paling kecil (0,9%) dalam fusi partai baru tersebut (Martinez-Bravo 2014: 1256; Liddle 1978 : 182 ).
Penulis: Johny Alfian Khusyairi
Instansi: Universitas Airlangga
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum
Referensi
Kementerian Penerangan Republik Indonesia. 1951. Kepartaian di Indonesia, Jakarta: Kementerian Penerangan Republik Indonesia.
Jaspan, M.A. 1969. "Leadership and elite groups in Indonesia, a study in unstable social symbiosis", dalam Southeast Asian journal of sociology, Vol. 2, hl. 27-43.
Liddle, R. William. 1978. "Indonesia 1977: the New Order's second parliamentary election", dalam Asian Survey, Vol. 18, No. 2, hlm. 175-185.
Martinez-Bravo, Monica. 2014. "The role of local officials in new democracies: evidence from Indonesia", dalam The American economic review, Vol. 104, No. 4, hlm. 1244-1287.
Ricklefs, M. C. 2001. A history of modern Indonesia since c. 1200, Hampshire: Palgrave.