Peristiwa Cikini
Peristiwa Cikini atau dikenal pula dengan Tragedi Cikini adalah percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno pada Sabtu malam, 30 November 1957. Sekelompok orang yang diduga merupakan anak buah Zulkifli Lubis, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat dan intelijen negara, dan para pembangkang di daerah, bertanggungjawab melakukan percobaan pembunuhan dengan melemparkan beberapa granat. Peristiwa itu meminta beberapa korban jiwa, tanpa menciderai Sukarno (Ricklefs 2008: 541). Percobaan pembunuhan tersebut terjadi di Perguruan Cikini, Jalan Cikini No. 76, Jakarta Pusat, tempat di mana putra dan putri Sukarno bersekolah. Saat itu, Sukarno sebagai orang tua Megawati Sukarnoputri dan Guntur Sukarnoputra sedang menghadiri acara peringatan ulang tahun ke-15 Sekolah Rakyat Perguruan Cikini. Kunjungan Sukarno sekaligus untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini sebagai penyelenggara (https://nasional.tempo.co/read/707195/tragedi-cikini-skenario-gagal-membunuh-soekarno, diakses pada 3 Mei 2022).
Saat acara selesai, Sukarno segera meninggalkan lokasi. Namun, saat ia akan menginjakkan kaki ke luar gedung, rombongan Sukarno mendapatkan lemparan 6 granat dan 5 di antaranya meledak seketika. Sukarno selamat, tetapi 10 orang termasuk pengawal pribadinya meninggal dunia. Sementara itu, 48 orang lainnya luka-luka, termasuk anak-anak (https://www.merdeka.com/jatim/tragedi-cikini-30-november-upaya-pembunuhan-presiden-soekarno-dalam-ledakan-granat-kln.html, diakses pada 3 Mei 2022). Di antara para korban, 7 orang tewas di tempat. Mereka adalah 1) Muhammad dan 2) Ahmad bin Udi, anggota Voorijders Presiden; 3) Irwan, keponakan Kepala Polisi Negara Sukanto; 4) Mery, 9 tahun; 5) Sariyah, 23 tahun yang sedang hamil); 6) Judjono, 18 tahun; serta Karja, pedagang pala manis (Nugroho 2013: 25).
Percobaan pembunuhan tersebut dilakukan oleh Gerakan Anti Komunis (GAK) dengan para pelaku utama peristiwa tersebut adalah Yusuf Ismail, Tasrief bin Hoesein, Sa’adon bin Muhammad, dan Moh. Tasin bin Abu Bakar. Keempatnya adalah aktivis Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan sangat dipengaruhi oleh ideologi Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang sangat menentang perkembangan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam persidangan, para pelaku mengakui bahwa aksi mereka tidak dimaksudkan untuk membunuh, tetapi hanya untuk memberi peringatan sekaligus memaksa pemerintah untuk mengubah haluan politik negara. Oleh mereka, pemerintahan Sukarno dinilai memberikan ruang bagi perkembangan PKI untuk mendominasi kekuatan sosial dan politik di Indonesia sekaligus dianggap menghalang-halangi perkembangan agama Islam (Nugroho 2013: 112).
Berdasar fakta persidangan, Yusuf Ismail adalah otak di balik serangan tersebut. Keempat pelaku utama dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak pada 28 Mei 1960. Namun, muncul pula tuduhan bahwa Zulkifli Lubis, tokoh intelejen dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat pada 1952-1955, menjadi otak dari peristiwa tersebut. Hal itu beralasan karena posisi Zulkifli Lubis sebagai pimpinan GAK. Karena berita yang serba tidak jelas, pada 17 Desember 1962, Peperti mengumumkan penahanan Zulkifli Lubis. Bersama-sama dengan Nawawi, Zulkifli Lubis meminta penyelidikan yang mendalam terhadap diri mereka masing-masing. Pada akhirnya, Zulkifli Lubis dinyatakan lolos dari tuduhan (Rosihan Anwar 2006: 201).
Penulis: Rabith Jihan Amaruli
Instansi: Universitas Diponegoro
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.
Referensi
Anwar, Rosihan, 2006. Soekarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik 1961-1965. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dahlan, 1997. “Tragedi Nasional Studi tentang Peristiwa Cikini tahun 1957.” Tesis pada Magister Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok.
Rickelfs, M.C., 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, terjemahan Tim Penerjemah Serambi. Jakarta: Serambi.
Nugroho, Arifin Suryo. 2013. Tragedi Cikini: Percobaan Pembunuhan Presiden Soekarno. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
https://nasional.tempo.co/read/707195/tragedi-cikini-skenario-gagal-membunuh-soekarno, diakses pada 3 Mei 2022.
https://www.merdeka.com/jatim/tragedi-cikini-30-november-upaya-pembunuhan-presiden-soekarno-dalam-ledakan-granat-kln.html, diakses pada 3 Mei 2022.