Personeel Fabriek Bond (PFB)

From Ensiklopedia

Personeel Fabriek Bond (PFB) dibentuk setelah Perang Dunia I berakhir pada 1918 ketika industri gula sangat giat bekerja untuk memulihkan defisitnya selama perang. Akibatnya, ekploitasi dan penghematan dimaksimalkan yang mengorbankan buruh gula. PFB dibentuk di bawah Soerjopranoto dalam konteks kebangkitan buruh pabrik gula sebagai respon terhadap kebijakan pabrik. Oleh karenanya, PFB hanya membatasi diri pada buruh gula. PFB adalah cabang dari perkumpulan Adhi Dharma atau Arbeidleger (tentara buruh) dan Soerjopranoto dianggap sebagai pendirinya yang sejak awal sebagai ketua PFB (Kwantes 2010: 275).

Perkumpulan Adhi Dharma (Kebajikan Utama) berdiri pada 1915 di Yogyakarta dengan tujuan memajukan pendidikan bagi kepentingan ekonomis para buruh di perusahaan-perusahaan gula di tanah kerajaan, dan membantu rakyat kecil dalam menyelesaikan pengaduannya bila tidak diperhatikan para pejabat. Pada 1917 Adhi Dharma diubah menjadi PFB (Perkumpulan Pegawai Pabrik), sebuah serikat sekerja para buruh perusahaan-perusahaan gula berdasarkan sistem Barat (Korver 1985: 246; Blumberger 1931: 132; Niel 1984: 189).  Soerjopranoto mulai memperkenalkan perkumpulan itu dalam mingguan Medan Boediman yang dipimpinnya,

Meskipun bergerak di kalangan buruh dan berorientasi kiri, PFB menentang kekerasan dan komunis radikal, meskipun tidak menolak bekerja sama. Sikap ini dipengaruhi oleh kepemimpinan PFB yang berlatarbelakang feodal seperti Soerjopranoto dan Raden Soewardi Soerjaningrat (Kwantes 275). Akibatnya, ikatan feodal patron-klien tertanam dalam hubungan pimpinan-anggota PFB, dan muncul ketergantungan pada sosok pimpinan. Ketergantungan ini tampak ketika akhir tahun 1921 Soerjopranoto ditangkap pemerintah, PFB langsung merosot. Selama Soerjopranoto dipenjara di Malang selama lima bulan, PFB tidak ada kegiatan dan kehilangan gemanya.

Dari situ asumsi muncul bahwa PFB identik dengan Soerjopranoto, dan karenanya Soerjopranoto dianggap “Raja Mogok” (Shiraishi 1997: 152). Bataviaasch Nieuwsblad menulis bila Soerjopranoto bersama kelompoknya mengibarkan panji, suatu pemogokan akan segera terjadi. (De telegraaf 11 Mei 1920: 10). Sejak akhir 1919 pemogokan PFB berlangsung di mana-mana, termasuk di Klaten  dan Surabaya (Bataviaasch Nieuwsblad, 13 Maret 1920: 1; (Shiraishi 1997: 266)).

Pada Juni 1920, ketika PFB tidak diakui oleh Sindikat Gula, suatu pemogokan umum terjadi di kalangan tenaga kerja pabrik gula. Jumlah pabrik yang mogok ditafsirkan mencapai 180 pabrik (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie, 25 Juni 1920: 1). PFB dinyatakan bubar karena aksi beberapa cabang komunis, terutama setelah Soerjopranoto diturunkan karena tidak cocok dengan cabang-cabang. Konferensi yang diadakan di Pekalongan oleh pengurus cabang PFB di Pantai Utara memutuskan untuk kembali menghidupkan PFB (De Express, 10 Maret 1922: 8). Menurut Mataram, seorang bekas anggota pengurus pusat PFB yang telah lama redup berusaha menghidupkan kembali serikat tersebut dengan nama Perkoempoelan Kaoem Boeroeh Fabriek karena adanya ketidakpuasan di kalangan massa pekerja tentang aturan-aturan pengusaha (De Indische Courant, 21 Maret 1927: 6).

Penulis: Tiwuk Kusuma Hastuti
Instansi: Universitas Sebelas Maret
Editor: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M. Hum.


Referensi

Blumberger, J. Th. Petrus. (1931). De Nationalistische Beweging in Nederlandsche-Indie. Harleem.

Bataviaasch Nieuwsblad. (1920). De Stakingen”. 13 Maret 1920, Hlm. 1.

De Express, (1922). PFB Herleeft”, 10 Maret 1922, Hlm. 8.

De Indische Courant, (1927). “Een Nieuwe PFB”, 21 Maret 1927, Hlm. 6.

De Telegraaf, (1920). “PFB Aan Het Werk”, 11 Mei 1920, Hlm. 10

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie. (1920),”Geheime Afdeelingen PFB”, 25 Juni 1920, Hlm 1.

Korver, A.P.E. (1985). Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?. Jakarta: Grafiti Pers.

Kwantes. R.C. (2010). Perkembangan Gerakan Nasionalis di Hindia Belanda (Terj. De Ontwikkeling van de Nationalistische Beweging in Publicatie Nederlandsch). Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Badan Arsip dan Perpustakaan.

Niel, Robert van. (1984). Munculnya Elit Modern Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya.

Shiraishi, Takashi (1997). Zaman bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.