Adnan Kapau Gani

From Ensiklopedia

Adnan Kapau Gani, lebih dikenal dengan A.K. Gani adalah seorang dokter dan politisi yang menjadi aktivis pergerakan dan aktif dalam proses pembentukan negara republik Indonesia melalui posisinya sebagai Wakil Perdana Menteri pada kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II. Ia lahir di Palembayan, Sumatera Barat, 16 September 1906 dan wafat di Palembang, Sumatera Selatan, pada 23 Desember 1968, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Siguntang. A.K. Gani merupakan seorang dokter, tokoh militer dan politisi Indonesia. Ia menamatkan pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) Bukittinggi hingga tahun 1923, lalu hijrah ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA. Namun, pada 1927, STOVIA tutup dan Gani melanjutkan pendidikan ke AMS (Algemeene Middelbare School) hingga lulus pada 1928. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan dokter yang terputus ke Geneeskundige Hooge School (Sekolah Tinggi Kedokteran) hingga lulus dan mendapatkan gelar dokter pada 1940.

Gani merupakan seseorang yang aktif berorganisasi sedari muda. Sejak remaja, Gani tergabung di organisasi kepemudaan dan kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. Aktivitas di dua organisasi tersebut membuat Gani terlibat langsung dalam Kongres Pemuda pada Oktober 1928. Selain itu, ia juga bergabung dengan organisasi pergerakan nasional seperti Partindo dan Gerindo.

Tidak hanya aktif dalam berorganisasi, Gani juga pandai mencari peluang. Pada tahun 1941, Gani mengambil kesempatan menjadi bintang film dan berperan sebagai Dr. Pardi dalam film Asmara Moerni. Keterlibatan Gani dalam film Asmara Moerni dan berperan sebagai pemeran utama, saat itu mendapatkan berbagai kritik dan kecaman. Gani dituduh menodai gerakan kemerdekaan dengan terlibat dalam film tersebut. Keputusan Gani bulat, ia tetap terlibat dalam film tersebut. Dengan keyakinan kontribusinya dalam film tersebut dapat meningkatkan kualitas film lokal. Disamping itu, Gani juga membutuhkan biaya untuk menyelesaikan pendidikan dan juga membantu teman yang sedang kesulitan masalah finansial (Irmalasari, 2019).

Pada saat Jepang masuk ke Palembang, A.K. Gani tampil sebagai seorang dokter yang banyak mengkoordinasi tugas-tugas sosial dan pelayanan kesehatan bagi para korban perang. Ia membentuk kelompok-kelompok kerja sosial yang mengajak masyarakat untuk peduli dan tidak masa bodoh terhadap kesengsaraan akibat perang. Kelompok ini diberi nama Penolong Keamanan Oemoem (PKO) yang bertugas memberi pertolongan kepada para korban perang dengan membangun rumah sakit darurat di bangunan sekolah. Selain melakukan kegiatan kemanusiaan, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan politik untuk menentang Jepang. Aktivitasnya ini membuat dirinya ditangkap dan dipenjara (Zubir, 2021: 58-59.

Belum lama Indonesia merdeka, perang Revolusi pun terjadi. Akibatnya Indonesia mengalami krisis pada awal masa kemerdekaan, termasuk juga Palembang sebagai wilayah yang dipimpin Gani dari tahun 1945 sampai 1946 (Yong, 2003: 85-86). Pada masa ini Gani memainkan peran penting sebagai penyelundup. Gani melakukan barter dengan Singapura, dan menyelundupkan beberapa produk hasil bumi, karet, dan kopi. Dari tindakan itu, Gani dapat membeli senjata, amunisi pakaian dan perlengkapan lain. Kegiatan yang dilakukan Gani ini bahkan diakui Sukarno untuk menyelamatkan kondisi krisis di Indonesia. Itulah mengapa A. K. Gani juga dikenal sebagai seorang raja penyelundup, “the great smuggler (Anwar, 2009: 7; Zubir, 2012: 75 dan 92).

Peran Gani di pemerintah Indonesia ketika masa awal kemerdekaan tercatat dalam beberapa posisi yang pernah ia jabat; mulai dari Menteri Kemakmuran di Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946–27 Juni 1947), Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kemakmuran di Kabinet Amir Sjarifuddin II, hingga Kabinet Amir jatuh pada Menteri Kemakmuran di Kabinet Sjahrir III (Mrazek, 1994: 347).

Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III, Gani menjadi delegasi Indonesia dalam Perjanjian Linggarjati (1946) bersama dengan Sjahrir, Agus Salim dan Susanto Tirtoprodjo (Anwar, 2010: 181). Secara personal, Gani memiliki sifat yang tidak kaku, mudah bergaul dan luwes. Dari sikapnya itu, banyak terobosan yang ia lakukan yang dapat menyelamatkan Indonesia dari kondisi kritis sekalipun, seperti dalam perannya sebagai penyelundup (Anwar, 2009: 8). Sikap Gani menjadikannya bisa menyelamatkan Palembang dan menciptakan kondisi peralihan kekuasaan yang tenang di Palembang pada masa awal kemerdekaan (Irmalasari, 2019).

Namun, pada dasarnya Gani merupakan seorang dokter. Akibat aktivitas militer dan politik yang ia lakukan membuatnya harus mengesampingkan terlebih dahulu tugasnya sebagai dokter. Ketika menjabat sebagai Gubernur Militer Sumatera Selatan, Gani kemudian baru kembali membuka praktik dokter. Gani terkenal sebagai dokter dengan ‘suntikan maut’, sakit saat disuntik tapi akan cepat sembuh. Akibatnya, praktek dokter ramai dikunjungi masyarakat Palembang (Anwar, 2009: 8).

Sejak menjabat sebagai Gubernur Militer Sumatera Selatan dan membuka  praktek dokter, Gani menghabiskan hidupnya di Palembang dan mengabdikan diri kepada masyarakat Palembang hingga akhir hayatnya. Adnan Kapau Gani merupakan seorang militer, politisi, dokter dan bintang film. Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat bagi Indonesia. Atas jasa-jasa tersebut, A.K. Gani mendapatkan penghargaan sebagai Bintang Gerilya pada 17 Agustus 1958 dan Lencana Gerakan Operasi Militer I dan II. Selanjutnya, pada 7 Agustus 1955, A.K. Gani menerima Penghargaan sebagai Bintang Mahaputra. Puncaknya pada 9 November 2007, A.K. Gani dianugerahi Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam bidang kedokteran, namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit di Palembang, Rumah Sakit Dokter A.K. Gani.

Penulis: Gani Ahmad Jaelani
Instansi: Universitas Padjadjarana
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

Anwar, Rosihan. 2009. Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 3. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Anwar, Rosihan. 2010. Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Irmalasari, Fitri Ratna, 2019, “A.K. Gani, Aktivis Pergerakan dan Menteri yang Jadi Bintang Film”, dalam https://tirto.id/ak-gani-aktivis-pergerakan-dan-menteri-yang-jadi-bintang-film-eotS  diakses pada 28 Oktober 2021

Mrazek, Rudolf, 1994, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, Ithaca: Cornell Southeast Asia Program.

Yo, Woonkyung, 2012, Palembang in the 1950s: The Making and Unmaking of a Region, Washington: University of Washington.

Yong, Mun Cheong, 2003, The Indonesian Revolution and the Singapore Connection, 1945-1949, Singapore: NUS Press

Zubir, Zusnelli, 2012, “Perjuangan Etnis Tionghoa di Palembang”, dalam Zusneli Zubir, Seno, dan Rois Leonard Arios, Bunga Rampai Sejarah Sumatera Selatan: Sumatera Selatan dalam Kajian Sosial dan Ekonomi, hal. 1-101, Padang: BPNST Padang Press.