Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) resmi berdiri pada 9 Februari 1950, hasil peleburan antara Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dan Christelijk Studenten Vereeniging (CSV) “baru” (Thelik 2012). Sesuai dengan namanya, GMKI memiliki watak gerakan yang menekankan keterhubungan antara oikunisme dan nasionalisme. Hampir setiap kegiatan anggota GMKI, selain berdiskusi mengenai firman Tuhan, membahas sejumlah isu terkait gerakan dalam rangka mengentaskan penindasan.
Karakter tersebut memiliki basis sejarah perkembangan organisasi tersebut. Tepat ketika CSV op Java berdiri pada Desember 1932, pandangan kebangsaan menjadi satu isu penting, yang bisa dilihat dari ungkapan organisasi “demi menyatukan para mahasiswa dari pelbagai suku bangsa di sini.” Pandangan ini menyiratkan semangat deklarasi Sumpah Pemuda pada Oktober 1928. Para pemuda Kristen, khususnya para anggota CSV, mengarahkan kegiatan keorganisasiannya ke dalam usaha-usaha menuju kemerdekaan Indonesia.
Semangat nasionalisme di atas terus tumbuh ketika Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) berdiri pada 1945, menggantikan CSV op Java. Hal ini nampak antara lain dari fakta bahwa para anggota PMKI setiap Minggu pergi menuju ke jalan Pegangsaan Timur No. 27 (sekarang STT Jakarta) untuk bersekutu dan berdoa secara bersama-sama dalam acara Hari Doa Mahasiswa Se-Dunia (HDMS) dengan mengenakan lencana merah putih sebagai simbol kebanggaan dan wujud komitmen terhadap perjuangan bangsa. Semangat ini sekaligus mewakili peran para pemuda Kristen Indonesia yang telah ditularkan sejak era Budi Utomo dalam cita-cita persatuan Indonesia (Sibarani 2004: 151).
Perlu pula dicatat sebuah konfefensi di Karangpandan pada 1941 yang dihadiri para tokoh pergerakan Kristen Indonesia, yakni Dr. Mulia, Mr. Amir Sjarifudin, Dr. Leimena (salah satu inisiator berdirinya PMKI), Abednego dan Soewidji. Dalam konferensi tersebut, terdapat berbagai pendapat, antara lain, menyesali kurangnya upaya dari para zending untuk meningkatkan politik di kalangan Kristen Pribumi (Simatupang 1968: 19). Diketahui dalam pandangan tersebut pada dasarnya memberikan pedoman bagi orang-orang Kristen Indonesia dalam kegiatan politik dan menekankan perlunya prinsip-prinsip dasar kesetaraan dan kesamaan hak. Pada konferensi tersebut, Mr. Amir Sjarifudin juga menegaskan agar dalam menjalankan visi politik, orang Kristen harus berdiri berdampingan dengan orang-orang Islam dan para nasionalis dalam merumuskan ideologi bangsa Indonesia ke depan (Ngelow 1996: 170).
Masa setelah berakhirnya masa revolusi fisik tahun 1949, pada Februari 1950 terdapat inisiasi untuk meleburkan PMKI dengan CSV “baru” (yang muncul pada awal tahun 1946 dengan lebih berorientasi kepada Pemerintah Pendudukan Belanda) dalam satu wadah organisasi GMKI. Akhirnya, pada kongres I berhasil menetapkan struktur organisasi, diantaranya Dr. J. E. Siregar selaku ketua umum, Nn. Tine A. L. Frans sbagai penulis umum, dan W. Makaliwy (Bendahara). Pada periode awal terbentuknya GMKI ini, fokus aktivitas organisasi diarahkan pada penyatuan gereja-gereja untuk memperkuat rasa solidaritas di antara para pemeluk agama Kristen, yang merupakan bagian dari cita-cita besar organisasi tersebut. Di periode ini, GMKI telah memiliki 5 cabang dengan sekitar 481 anggota, dan kelima cabang tersebut melaksanakan kongres II bertema Jesus Kristus Adalah Jawaban dan menghasilkan keputusan yang cukup penting dan strategis, menghasilkan antara lain Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan memutuskan untuk menetapkan tema dalam setiap kongres ke depannya.
Kumunculan GMKI sebagai hasil peleburan organisasi-organisasi terdahulunya ini, tentu mengimplikasikan sebuah bayangan atau cara pandang baru dalam melihat realitas serta aktualisasi organisasi di masa yang akan datang. Dalam pertemuan Februari 1950, Dr, Leimena memberikan pernyataan yang sangat fundamental terkait hal tersebut. Menurutnya, GMKI hadir karena keberagaman problem bangsa yang menegara yang menginginkan perubahan-perubahan sebagai akibat penindasan, kemiskinan, pembodohan, diskriminasi, marjinalisasi dan eksploitasi (Thelik 2012). Hal ini tentu sangat menarik, dimana perlawanan terhadap dominasi kolonial justru datang juga dari kelompok creative minority, kelompok keagamaan. Pandangan tersebut tentu juga didasarkan pada konteks perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya, namun melihat fokus aktivitas GMKI pada awal periodenya yang telah disebutkan sebelumnya, aktualisasi organisasi GMKI mengarah pada proyeksi keragaman (denominasi) gereja serta Ut Omnes Umum Sint atau dengan artian agar semua menjadi satu. Dengan begitu, gerakan GMKI cenderung memberikan paradigma organisasi yang cukup mendasar dari gerakan sebelumnya, yakni penyelarasan antara oikunisme dengan nasionalisme.
Berkenaan dengan hal itu, GMKI menekankan positioning anggotanya dengan konsepsi “berdiri di antara dua Proklamasi: Proklamasi Injil Kristus dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.” Dengan semangat tersebut, GMKI tercatat pernah hadir dan mengikuti kegiatan Kongres Pemuda Asia Afrika di Bandung. Kegiatan tersebut tentu mencerminkan posisi politik yang cukup strategis dari gerakan pemuda Kristen, khususnya GMKI, dalam rangka memelihara dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah anugerah dari Tuhan. Lebih jauh lagi, GMKI juga telah merayakan kemerdekaan Indonesia dengan paradigma teologis-politisnya, bahwa negara harus mempertanggungjawabkan penyelenggaraannya kepada Tuhan dan kepada rakyat menyeluruh.
Penulisan: Satrio priyo utomo
Referensi
Buku
Goodwin, J., Jasper (2019). The Social Movement Reader: Cases and Concepts. Malden, MA: Blackwell Publishing.
Ngelow, Zakaria J. (1996). Kekristenan dan Nasionalisme, Perjumpaan Umat Kristen Protestan dengan Pergerakan Nasional Indonesia 1900-1950. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sibarani, Poltak J. B. (2004). Bolehkah Gereja Berpolitik: Mencari Pola Hubungan Gereja dan Negara yang Relevan di Indonesia. Jakarta: Ramos Gospel Bubl. House.
Simatupang, T. B. (1968). Partisipasi Kristen dalam Revolusi di Bidang Politik dalam Partisipasi Kristen dalam Nation Building di Indonesia. Jakarta: BPK.
Internet
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Cabang Padang. 2012. “Buku Materi Masa Perkenalan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia”, https://pdfcoffe.com/qdownload/gmki-cabang-padang-pdf-free.html diakses pada 19 April 2022
Thelik, Jozthin M. E. 2012. “Quo Vadis GMKI”, 2012, https://dokumen.tips/documents/quo-vadis-gmki-sejarah-visi-misi-konstitusi-srategi-penguatan-organisasi.html diakses pada 20 April 2022