Hotel Bali Beach
Hotel Bali Beach berlokasi di pesisir Pantai Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Hotel yang saat ini berubah nama menjadi Hotel Grand Inna Bali Beach merupakan hotel tertua dan tertinggi sekaligus satu-satunya di Bali yang memiliki 10 lantai dengan luas awal 42 hektar. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan Hotel Bali Beach dilakukan sebelum. keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Bali tanggal 22 November 1971 Nomor 13/Perbang.1614/II/a/1971 tentang ketentuan tinggi bangunan di Bali yang tidak boleh melebihi 15m.
Sukarno adalah perintis dibalik pembangunan Hotel Bali Beach. Setahun sebelum Dekrit Presiden pada 1958, Sukarno berhasil melobi pemerintah Jepang untuk mengembalikan dana hasil pampasan perang. Dalam Pakta Perjanjian disebutkan bahwa Jepang membayar US$223 juta selama 12tahun, menghapus hutang niaga Indonesia sebesar US$177 juta dan memberikan bantuan ekonomi sebesar US$400 juta. Proyek bangunan arsitektur yang berasal dari dana ini diantaranya untuk membangun 5 bangunan yaitu Hotel Bali Beach (Bali), Tonichi Hotel Ambarrukmo (Yogyakarta), Hotel Indonesia (Jakarta), Tonichi Samudra Beach Hotel (Jawa Barat), dan Tonichi Gedung Wisma Nusantara (Jakarta). Dalam rangkaian kerja pembangunan hotel-hotel tersebut sebagian dikerjakan oleh perusahaan yang berasal dari Jepang.
Pembangunan Hotel Bali Beach dimulai pada tahun 1963. Lama pengerjaannya dilakukan kurang lebih selama tiga tahun. Dalam rancangannya, Sukarno memadukan unsur budaya Jawa Kuna gaya arsitetur the internasional style yang memunculkan citra Indonesia Modern. Menurut Galikano (2017), Sukarno mempercayakan visualisasi dari gagasannya kepada pematung Gregorius Sidharta Soegija dan pelukis kenamaan Lee Man Fong untuk membuat mozaik, mural dan relief berukuran besar sebagai dekorasi hotel. Dekorasi tersebut berbahan batu padas di dinding selebar 3x20 m yang menampilkan gambar Bung Karno ditengah rakyat Indonesia dengan posisi berdiri sambil menggendong anak kecil. Tiga tahun kemudian tepatnya 1 November 1966, peresmian hotel ini dilakukan secara meriah oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri Utama Ekonomi dan Keuangan RI saat itu (1966-1973). Sebagai inisiator pembangunan, Sukarno belum pernah sekalipun menginap di Hotel Bali Beach oleh karena pada saat itu, ia sedang menjadi tahanan rumah di Wisma Yaso.
Terjadi tragedi kebakaran hebat yang menghanguskan hampir seluruh bangunan Hotel Bali Beach pada tanggal 20 Januari 1993. Kebakaran bermula terjadi di bangunan berbentuk tower dan menghanguskan seluruh bangunan. Hal ini menyebabkan hotel sementara tidak beroperasi. Pasca kejadian kebakaran ini, dilakukan pihak pengelola melakukan renovasi secara besar-besaran utamanya mengubah bentuk lobi menjadi lebih besar dengan interior ruangan yang dibuat mewah. Pada 4 Oktober 1993, renovasi terhadap Hotel Bali Beach telah rampung dikerjakan. Patung Raja Pala karya Nyoman Nuarta dipasang tepat di lobi hotel sebagai penanda telah terselesaikannya renovasi hotel. Dalam perkembangannya, Patung tersebut menjadi ikon hotel yang menyambut kedatangan para tamu. Hotel ini mengalami perubahan nama dari semula Hotel Bali Beach menjadi Hotel Grand Inna Bali Beach.
Penulis: Martina Safitry
Instansi: UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si
Referensi
ANRI (2020, November 01), Departemen Penerangan RI 1966-1967 No. 3857.
Pameran Virtual ANRI, https://www.anri.go.id/publikasi/pameran-virtual?page=7
Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. 1990. Sejarah dan Pemba
Pembangunan Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Jakarta: Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.
Silvia Galikano (2017) “Hotel Bali Beach, Karunia Bung Karno untuk Sanur”.
Sarasvati art communication and publication. Diakses pada 18 Juni 2022 dari http://sarasvati.co.id/news/travel/09/hotel-bali-beach-sanur/
Yuke Ardhiati (2005). Bung Karno Sang Arsitek: Kajian Arsitektur, Tata Ruang
Kota, Interior, Kria, Simbol Mode Busana dan Teks Pidato 1926-1965. (Jakarta: Komunitas Bambu).