Kongres Kebudayaan Pertama Indonesia 1948

From Ensiklopedia

Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) pertama setelah proklamasi kemerdekaan diselenggarakan pada tanggal 20-25 Agustus tahun 1948 di Pendopo Kabupaten Magelang. Gagasan penyelenggaraan kongres ini berasal dari Pusat Kebudayaan Kedu, Jawa Tengah. Kongres ini bertujuan mencari dan menyepakati konsep dan strategi dalam menata kehidupan berbangsa dan berbudaya pasca penjajahan. Ada dua hal yang diperhatikan dalam kongres ini, yaitu “(1) bagaimanakah caranya mendorong kebudayaan kita supaya dapat maju cepat; dan (2) bagaimana caranya agar kebudayaan kita jangan sampai terus bersifat kebudayaan jajahan, akan tetapi supaya menjadi suatu kebudayaan yang menentang tiap-tiap anasir cultureel imperalisme” (Supardi, 2013: 74).

KKI Pertama diselenggarakan di tengah situasi kacau dan tidak aman, dan besar kemungkinan pemilihan kota Magelang sebagai lokasi kongres erat kaitannya dengan alasan keamanan (Supardi 2013: 75). Pada saat kongres dilaksanakan, di berbagai tempat terjadi pertempuran bersenjata, pemberontakan PKI-Muso baru lewat beberapa bulan, dan Belanda sedang bersiap-siap kembali menyerang RI. Selain masalah itu, berbagai kesulitan juga dihadapi oleh Panitia Penyelenggara KKI Pertama, terutama dalam hal fasilitas transportasi dan akomodasi. Untuk menanggulangi kesulitan tersebut, Panita Penyelenggara bekerja sama dengan Bupati Magelang yang mengerahkan Lurah-lurah di sekitar lokasi kongres untuk mendirikan balai-balai. Semangat dan budaya gotong-royong menjadi salah satu pemecah masalah. Bantuan dari penduduk Magelang dan sekitarnya seperti Temanggung, Solo, dan Yogyakarta mengalir ke Panitia Penyelenggara. Di antara bantuan tersebut adalah peminjaman peralatan makan dan kursi, pemasangan lampu, tukang angkut air dan lain sebagainya (Supardi 2013: 75-77).

Kongres ini dihadiri pembesar tentara, budayawan, seniman dan pemangku adat serta para pemrasaran. Sementara itu, pemrasaran (prae-adviseur) yang menyampaikan prasaran (prae-advies) dalam kongres antara lain Ki Mangoensarkoro, Prof. Mr. Djokosoetono, Prof. Mr. Soenarja Kolopaking, Prof.lr. Poerbodiningrat, Mr. Koentjoro Poerbopranoto, Ki Hadjar Dewantoro, Ki Ageng Soerjomentaram, dr. Radjiman Wedjodiningrat, dan Ki Mangoensoedarso. Selain itu, kongres dihadiri oleh berbagai tokoh penting Indonesia, di antaranya Presiden Sukarno beserta istri, Wakil Presiden Mohamad Hatta beserta istri, Konsul India, Moh. Junus, Panglima Besar Sudirman, Menteri PP dan K Mr. Ali Sastroamidjojo, Menteri Kehakiman Mr. Susanto Tirtoprodjo, Menteri Penerangan Moh. Natsir, Sekretaris Negara Mr. lksan, Sekretaris Kementerian PP dan K. Menjabat sebagai Ketua Penyelenggara adalah Sutarjo. Mr. Wongsonegoro bertindak sebagai ketua kongres (Supardi 2013: 77-78). Selain diadakan pidato dan diskusi, dalam kongres ini juga diselenggarakan pertunjukan seni suara, sandiwara, pencak silat, dan tari (Lembaga Kebudayaan Indonesia 1950: 3-5). Salah satu hasil dari KKI pertama adalah dibentuknya Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) sebagai badan pendorong dan penggiat terhadap segala usaha-usaha kebudayaan (Lapian 1996: 200).

Kongres Kebudayaan Indonesia pertama tahun 1948 merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia sebab kongres ini merupakan upaya menemukan konsep, kebijakan, dan strategi membangun kebudayaan dan kebangsaan Indonesia. KKI juga menunjukkan bahwa para pemimpin bangsa tidak alpa dengan pentingnya kebudayaan dalam membangun bangsa yang besar.

Penulis: Muhammad Asyrafi
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Lapian, A. B. dkk (1996) Terminologi Sejarah 1945-1950 & 1950-1959. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Lembaga Kebudayaan Indonesia (1950) INDONESIA. Edisi Khusus Kongres Kebudayaan. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Indonesia

Supardi, Nunus (2013) Bianglala Budaya Rekam Jejak 95 Tahun Kongres Kebudayaan 1918-2013. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.