Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
Organisasi mahasiswa Indonesia ini didirikan tahun 1926 di Jakarta berdasarkan kebangsaan Indonesia serta perbedaan antara pihak yang menjajah (Belanda) dan pihak yang dijajah (Indonesia). Watak dan asasnya ialah pendidikan nasional. Ketua pertama organisasi ini adalah Sigit (1926-1927), dengan jumlah anggota sebanyak 17 orang. Pada masa ketua kedua, Sugondo (1928-1929), anggotanya berjumlah 113 orang. Kemudian pada masa ketua ketiga, Sunarko Reksodiputro (1930-1931), jumlah anggota bertambah sehingga menjadi 228 orang. Pada tahun 1931 hampir semua mahasiswa Indonesia bernaung di bawah PPPI (Sagimun 1989: 141-142).
PPPI menjadi wadah bagi mahasiswa Indonesia mengabdi kepada masyarakat lewat kegiatan pendidikan dan latihan sosial. Para anggotanya dididik untuk membimbing dan memimpin bangsanya mencapai kemerdekaan yang berdaulat penuh. Pada masa kepemimpinan ketiga, dibentuk Komisi Publikasi yang bertugas menerbitkan buku-buku dan brosur yang dibutuhkan dalam perjuangan kemerdekaan. Komisi ini berhasil menerbitkan buku tentang Hak-hak Dasar (Grondrechten), brosur tentang “Hak Berkumpul dan Bersidang”, dan majalah Indonesia Raya. Ketua redaksi majalah tersebut adalah Abu Hanifah. Anggota PPPI juga mendapat kiriman majalah Indonesia Merdeka dari Belanda yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia (Sagimun 1989: 143-144).
Pada Kongres Pemuda Indonesia I di Jakarta (30 April – 2 Mei 1926), yang dihadiri sejumlah perkumpulan pemuda (seperti Jong Java, Jong Sumatranean Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerende Minahassers, Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum Theosofi), PPPI mengusulkan penggabungan (fusi) semua organisasi pemuda dalam satu badan perhimpunan massa muda Indonesia. Namun usulan tersebut tidak berhasil karena pada saat itu masih kuat semangat kedaerahan.
Kendati demikian, PPPI terus berusaha untuk menciptakan persatuan para pemuda Indonesia. Atas inisiatif organisasi ini diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada 26 – 28 Oktober 1928. Kongres ini berhasil mencetuskan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang bersendikan persatuan tanah air, bangsa, dan bahasa. Dalam suatu kongres di Yogyakarta (28 Desember 1928) diputuskan untuk mengadakan fusi organisasi pemuda. Keputusan itu disetujui oleh Jong Java, Jong Sumatera, dan Jong Celebes. Akhirnya pada konferensi di Solo 31 Desember 1930 ditetapkan terbentuknya Indonesia Muda dengan jumlah anggota 2.400 yang tersebar pada 25 cabang (Kartodirdjo et al, 1975: 196-198). Pada kongres 20-24 September 1930 diputuskan bahwa tujuan perjuangan PPPI adalah untuk mencapai Indonesia merdeka menjadi kewajiban yang semulia-mulianya bagi anak Indonesia (Sagimun 1989: 144). Fusi organisasi pemuda terwujud pada kongres 28 Desember 1930 – 2 Januari 1931. Kongres ini berhasil membentuk Indonesia Muda. Tujuannya adalah memperkuat rasa persatuan di kalangan pelajar-pelajar serta membangun dan mempertahankan keinsyafan pemuda (Sitorus 1988: 37).
Pengurus PPPI sangat peduli dengan kondisi dalam negeri, ketika pemerintah membubarkan PNI serta menangkap dan membuang pemimpin-pemimpin partai tersebut (Ingleson 1988: 153). Dalam protest vergadering (rapat protes) 2 Mei 1931, PPPI secara tegas mengecam segala tindakan pemerintah kolonial yang sewenang-wenang terhadap pergerakan nasionalis Indonesia. Bagi PPPI, sejalan dengan pandangan PNI, pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan Indonesia harus dan tetap dilanjutkan (Sagimun 1989: 144-145).
Penulis: Abd. Rahman Hamid
Instansi: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung
Editor: Dr. Bondan Kanumoyoso
Referensi
Ingleson, J. (1988) Jakan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia tahun 1927-1934. Jakarta: LP3ES.
Kartodirdjo, S., M. D. Poerponegoro, N. Notosusanto (1975). Sejarah Nasional Indonesia V: Jaman Kebangkitan Nasional dan Akhir Hindia Belanda 1900-1942. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sagimund MD (1989) Peranan Pemuda dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi. Jakarta: Bina Aksara.
Sitorus, L.M (1988) Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.