Pertempuran Bojong Kokosan Tahun 1945
Pertempuran Bojong Kokosan, juga dikenal sebagai Pertempuran Konvoy Sukabumi-Cianjur, adalah pertempuran konvoi antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dibantu oleh badan-badan kelaskaran melawan tentara Sekutu yang dibonceng NICA. Pertempuran ini berlangsung dua kali, tanggal 9 hingga 12 Desember 1945 dan tanggal 10 hingga 14 Maret 1946.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, tentara Sekutu kemudian diperintahkan untuk melucuti senjata tentara Jepang serta membebaskan tawanan perang Jepang. Memanfaatkan keadaan tersebut, Belanda kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu. Selain untuk melucuti senjata dan membebaskan tawanan perang, pasukan Sekutu yang masuk ke Sukabumi memiliki perintah tambahan, yaitu mengamankan jalur darat Bogor-Sukabumi-Cianjur. Sukabumi dianggap sebagai kunci menguasai Jawa Barat, untuk selanjutnya menguasai Jakarta (Lapian 1996: 79).
Sekitar pukul 12 siang tanggal 9 Desember 1945, prajurit TKR Sukabumi di pos Cigombong menerima kabar tentang kedatangan tentara gabungan Inggris, Gurkha dan NICA yang akan masuk ke wilayah Sukabumi. Menanggapi berita tersebut, pasukan TKR bergerak ke Bojong Kokosan untuk bersiap menghadang konvoi Sekutu. Pasukan TKR kemudian diperintahkan mengambil posisi di kedua sisi tebing yang mengapit jalur darat yang akan dilalui konvoi Sekutu. Selain itu, dibangun pula barikade untuk menghadang laju konvoi Sekutu. Dalam penghadangan ini, TKR dibantu oleh berbagai barisan kelaskaran Sukabumi, seperti Barisan Banteng, Hizbullah, dan Pesindo (Wiryono 2010: 72-73).
Begitu kepala konvoi Sekutu sampai di Bojong Kokosan, laju konvoi terhenti karena terhalang barikade. TKR kemudian menyerang dari arah tebing dan terjadilah pertempuran sengit antara kedua pasukan. Sementara itu ekor konvoi yang masih berada di Cicurug diserang oleh pasukan TKR yang lain. Dalam pertempuran ini, pasukan TKR yang berjumlah kurang lebih tiga ribu personel diperkuat dengan senjata rampasan dari tentara Jepang, ditambah senjata-senjata tajam buatan sendiri dan bom molotov dari botol bensin dan karet mentah yang disebut krembing. Sementara itu pasukan Sekutu diperkuat dengan delapan tank, panser wagon, dan kurang lebih 100 truk yang mengangkut ribuan pasukan Gurkha.
Pertempuran berlangsung sengit dan pasukan TKR yang kehabisan amunisi berhasil mundur karena tiba-tiba turun hujan lebat dan kabut tebal. Konvoi Sekutu terus bergerak lambat ke arah Cianjur dan pertempuran terus berlanjut secara sporadis di sepanjang jalur (Satari dkk. 1991: 180-181). Saat konvoi Sekutu sampai di Sukabumi, Komandan Pasukan Sekutu meminta berunding. Perundingan berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata antara pasukan TKR dan pasukan Sekutu. Namun keesokan harinya, tanggal 10 Desember 1945, mulai dari pagi hingga sore daerah Cibadak dibombardir oleh pesawat tempur Royal Air Force (RAF) Inggris.
Serangan ini dilakukan sebagai tindakan balas dendam atas serangan pihak TKR sebelumnya. Serangan udara ini dimulai oleh empat pesawat Mosquito yang menyerang Cibadak, disusul enam pesawat Thunderbolt yang menjatuhkan 500 pon bom di tengah kota Cibadak (The Argus, 1945: 1). Pertempuran babak kedua meletus pada tanggal 10 Maret 1946 saat Sekutu menggunakan jalur yang sama untuk memindahkan pasukannya dari Jakarta ke Bandung. Pada pertempuran ini, konvoi Sekutu diserang oleh TKR yang sejak Januari 1946 telah berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Tindakan saling balas atas aksi kedua belah pihak itu akhirnya berujung pada ultimatum dari sekutu yang menuntut pengosongan Bandung Utara. Dengan demikian, pertempuran Bojong Kokosan memicu meletusnya peristiwa Bandung Lautan Api. Pertempuran ini merupakan palagan terpanjang dalam sejarah Indonesia dengan lokasi pertempuran membentang sepanjang 81 kilometer dari Cigombong, Bogor, sampai dengan Ciranjang, Cianjur.
Penulis: Muhammad Asyrafi
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.
Referensi
Lapian, A. B. dkk (1996) Terminologi Sejarah 1945-1950 & 1950-1959. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Satari, R. A., dkk. (1991) Album Kenangan Perjuangan Siliwangi Esa Hilang Dua Terbilang. Jakarta: Badan Pembina Corps Siliwangi
Wiryono, Herry (2010) “Pertempuran Convoy Sukabumi-Cianjur 1945-1946” dalam Patanjala Vol. 2 No. 1 (hlm. 66-79). Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung