Alexius Impurung Mendur

From Ensiklopedia

Alexius Impurung Mendur, atau yang kemudian dikenal dengan nama Alex Mendur, adalah seorang fotografer yang mengabadikan momen-momen penting pembentukan negara Republik Indonesia. Ia lahir pada 7 November 1907 di sebuah desa yang bernama Talikuran, Kawangkoan, Manado, Sulawesi Utara. Alex merupakan anak sulung dari sebelas bersaudara, yang terlahir dari pasangan August Mendur dan Ariantje Mononimbar (Raharjo, 2015: 34). Keluarga Alex bukan merupakan kalangan atas atau berpendidikan, Ayahnya, August Mendur, hanya berprofesi sebagai seorang petani dan pedagang. Akan tetapi, meskipun sang Ayah tidak mengenyam pendidikan tinggi, beliau justru mengusahakan yang terbaik agar Alex bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Akhirnya pada sekitar 1913, Alex memulai pendidikannya pada Volkschool Gouvernement  (Kuswiah, 1986: 8).

Pada tahun 1922, Alex merantau ke tanah Jawa dalam usia 15 tahunSesampainya di Jawa, Alex tinggal bersama dengan keluarga Anton Nayoan (Kuswiah, 1986: 12).        Anton Nayoan pada saat tersebut merupakan seorang wartawan foto majalah travel dan lifestyle, Java Bode dan Bataviaasch Nieuwsblad. Latar belakang pekerjaan inilah yang kemudian membuat Anton memperkenalkan dunia fotografi kepada Alex ( Historia.id, Mendur Bersaudara Menangkap Peristiwa Sejarah - Historia, diakses pada Desember 2021). Dari Anton Nayoan ini Alex mempelajari banyak hal mengenai fotografi, dari mulai teknik pemotretan, mencuci film, hingga mengeringkannya sampai foto berhasil tercetak. Sebagai bentuk terima kasih, selama masa belajarnya tersebut ia seringkali membantu pekerjaan Anton di tempat Anton bekerja. Agar tidak terlalu membebankan keluarga Anton, akhirnya Alex belajar fotografi sembari bekerja di perusahaan milik Belanda yang menjual alat-alat fotografi hingga tahun 1926 (Kuswiah, 1986: 13).

Pada Maret 1942, Jepang datang ke Indonesia dan mulai menduduki beberapa titik strategis, khususnya di Pulau Jawa. Kantor KPM yang pada saat tersebut merupakan salah satu armada laut terbesar di Hindia-Belanda, menjadi sasaran pertama yang diduduki oleh Jepang. Alhasil, Alex yang pada saat tersebut merupakan pegawai KPM, harus tunduk dan ikut menjadi barisan propaganda dan pelopor Jepang. Alex ditunjuk untuk menjadi kepala bagian fotografi pada kantor berita Domei, yang setelah kemerdekaan berubah nama menjadi “Antara”. Di Domei ini pula, Alex Mendur bertemu dengan Adam Malik, dan berhasil mengabadikan banyak peristiwa-peristiwa penting (Raharjo, 2015: 36).  

Ketika bekerja di Domei ini, terjadi sebuah peristiwa besar yang kemudian membuat nama Alex Mendur menjadi terkenal, peristiwa tersebut yaitu pembacaan Proklamasi oleh Sukarno-Hatta. Kedudukan Alex yang pada saat tersebut merupakan pegawai dari Domei, membuat ia mendapatkan informasi dengan cepat dan mudah. Rencana mengenai peristiwa Proklamasi didapatkannya dari Zahrudi, teman Alex yang sama-sama bekerja di Domei ([BERBENAH : Frans & Alex Mendoer : Fotografer Proklamasi] (munasprok.go.id), diakses pada Desember 2021).

Sebagai seorang yang telah memberikan kontribusi besar terhadap Indonesia, Alex Mendur pernah mendapatkan beberapa penghargaan. Adapun beberapa penghargaan tersebut diantaranya yaitu; pertama, Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI, berdasarkan surat keputusan SK/74/VI/1982 tentang Pengakuan, Pengesahan dan Penganugerahan Gelar Kehormatan; kedua Bintang Penghargaan Kelas II atas kontribusi dan pengabdiannya terhadap IPPHOS. Penghargaan ini diberikan oleh Menteri Penerangan H. Harmoko dalam upacara apel Bendera menyambut hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan RI ke 38 di Departemen Penerangan, pada 17 Agustus 1983; ketiga Penganugerahan Bintang Jasa Utama yang diberikan oleh mantan Presiden RI berdasarkan Keputusan Presiden No. 53/TK/2010 (Dua Jurnalis yang Abadikan Peristiwa Sejarah Terima Bintang Mahaputra|Republika Online, diakses pada Desember 2021). Puncaknya, atas kontribusi dalam mengabadikan peristiwa proklamasi kemerdekaan serta kontribusi besarnya dalam dunia pers melalui IPPHOS, pada tahun 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Alex Mendur.

Penulis: Allan Akbar
Instansi: Bank Indonesia Institute
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si


Referensi

Anonim, “Alex dan Frans dari Kawangkoan, Patriot Bersenjata Kamera”, dalam Indonesia.go.id, https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1240/alex-dan frans-dari-kawangkoan-patriot-bersenjata-kamera, diakses pada Desember 2021.

Anonim, “BERBENAH: Frans dan Alex Mendoer: Fotografer Proklamasi”, dalam            Munasprok.go.id, munasprok.go.id//Web/baca/447, diakses pada Desember 2021.

Harbunangin, Buntje. (2006). Sepekan Menjelang Proklamasi. Jakarta: Tintamas.

Ismawarno, Agung. (2013). “Siapa Sosok Dibalik Foto Kemerdekaan?”, dalam Majalah Arsip, Edisi 6, 2013.

Kuswiah, Wiwi. (1986). Alexius Impurung Mendur (Alex Mendur). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta.

Luki, “Pemerintah Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional”, dalam Antaranews.com, https://www.antaranews.com/berita/161159/pemerintah-anugerahkan-gelar             pahlawan-nasional , diakses pada Desember 2021.

Nindias Nur Khalika, “Mendur Bersaudara: Penggagas Kantor Berita Foto Independen     IPPHOS”, dalam Tirto.id, https://tirto.id/mendur-bersaudara-penggagas-kantor-berita-foto-independen-ipphos-cKFK , diakses pada Desember 2021.

Petrik Matanasi, “Kisah Kaum Muda Minahasa Membangun IPPHOS dan Mengabadikan Proklamasi”, dalam Tirto.id, https://tirto.id/kisah-kaum-muda-minahasa-membangun-ipphos-mengabadikan-proklamasi-c5VY, diakses pada Desember 2021.

Raditya, Iswara  N. (2007). “Sejarah dalam Selembar Foto”, dalam Taufik Rahzen et.al. Seabad Pers Kebangsaan 1907-2007. Yogyakarta: I:BOEKOE.

Rahadian Rundjan, “Peran Fotografer dalam Mengabadikan Proklamasi Kemerdekaan”, dalam Historia.id, https://historia.id/politik/articles/peran    fotografer-dalam-mengabadikan-proklamasi-kemerdekaan-P0oG7/page/1,  diakses pada Desember 2021.

_________________, “Mendur Bersaudara Menangkap Peristiwa Sejarah”, dalam Historia.id, https://historia.id/politik/articles/mendur-bersaudara-menangkap-peristiwa-sejarah-DAoBX/page/1, diakses pada Desember 2021.

Raharjo, Yudhi. (2015). “Peran IPPHOS dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949”, Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Saleh, Khaerul. (2004). “Seni Fotografi sebagai Dokumentasi”, dalam Jurnal Seni Rupa FBS-Unimed, Vol. 1, No. 2, Desember. Hlm. 121-129.

Siwi Tri Puji B, “Dua Jurnalis yang Mengabadikan Peristiwa Sejarah Menerima Bintang Mahaputra”, dalam Republika.co.id, https://           www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/11/12/146124-dua-jurnalis-yang-abadikan-peristiwa-sejarah-terima-bintang-mahaputra, diakses     pada Desember 2021.

Soerjoatmodjo, Yudhi. (2014). “Tatapan Revolusioner IPPHOS”, dalam presentasi            yang disampaikan pada Temu Wicara IPPHOS Remastered IVAA, Yogyakarta. 7 Maret 2014.

Zulverdi, Ed. (1985). Mat Kodak Melihat Untuk Sejuta Mata. Jakarta: Grafiti Press.