Katamso Darmokusumo

From Ensiklopedia

Katamso Darmokusumo adalah seorang pahlawan revolusi yang menjadi korban Gerakan 30 September di Yogyakarta, bersama dengan Letnan Kolonel Sugiyono. Pada saat gugur pada tahun 1965 Katamso menjabat sebagai Komandan Korem 072 Yogyakarta dan berpangkat kolonel, kemudian pangkatnya dinaikkan satu tingkat secara anumerta menjadi brigadir jenderal.

Katamso Darmokusumo lahir pada tanggal 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah. Ia mendapatkan pendidikan militer bersama Pembela Tanah Air (PETA) dan mendapatkan pangkat Shodanco. Setelah Jepang hengkang dari Indonesia, ia bergabung dengan TKR. Selama masa agresi militer Belanda, Katamso menjadi salah satu perwira yang memimpin pasukan melawan Belanda. Pada saat terjadi pemberontakan G30S, Kolonel Katamso Darmokusumo menjabat sebagai Danrem 072 Yogyakarta. Pada pukul 07.00 WIB tanggal 1 Oktober 1965 terdengar siaran RRI Jakarta mengenai Gerakan 30 September dan terbentuknya Dewan Revolusi. Siaran itu telah memecah Angkatan Darat menjadi dua kelompok: pro Dewan Revolusi dan kontra Dewan Revolusi. Sebagai pucuk pimpinan Rem 072 di Yogyakarta, Kolonel Katamso menanggapi siaran RRI Jakarta pagi itu dengan sangat hati-hati (Hadi dkk., 2017).

Kolonel Katamso diculik pada hari Jumat tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul lima sore. Ia dijemput paksa oleh segerombolan pasukan TNI AD yang sudah terpengaruh Gerakan 30 September. Gerombolan penculik bersenjata lengkap berangkat dari Markas Yon “L” dengan mengendarai dua unit truk dan sebuah kendaraan perintis bertipe Gaz. Dari Markas Yon “L” gerombolan ini bergerak menuju rumah dinas Kolonel Katamso yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, nomor 48 di daerah Kotabaru (Setiawan, 1994).

Pada saat kelompok penculik itu datang, Kolonel Katamso sedang berbincang dengan Mayor Sutomo, Komandan Yon C Klaten dan Kapten Rahmat, Kapten Cab 072. Mayor Sutomo datang untuk membicarakan kondisi terkini saat itu sedangkan Kapten Rahmat sedang bertugas piket garnisun. Gerombolan penculik itu kemudian memerintahkan Kolonel Katamso untuk ikut bersama mereka. Di bawah todongan senjata, Kolonel Katamso akhirnya terpaksa mematuhi perintah tersebut. Kapten Rahmat pun juga ikut dibawa oleh bersamanya ke Markas Yon “L” di Kentungan (Setiawan, 1994).

Pada dini hari tanggal 2 Oktober 1965, Kolonel Katamso dibunuh oleh gerombolan G30S. Kolonel Katamso dibunuh di sebuah lokasi di ujung selatan asrama prajurit di dalam kompleks Markas Yon “L”. Bertindak sebagai pemimpin kelompok eksekutor adalah Sertu Alip Toyo. Letkol Sugiyono telah terlebih dahulu dihabisi oleh gerombolan G 30 S beberapa saat sebelum Kolonel Katamso dieksekusi. Sertu Alip Toyo menghantamkan kunci mortir ke bagian belakang kepala Kolonel Katamso, namun Kolonel Katamso masih hidup. Pada kondisi sekarat, Kolonel Katamso masih sempat mengucapkan kalimat terakhir, “Dik Wisnu, aku masih cinta Presiden Sukarno.” Yang dimaksud “Dik Wisnu” adalah Mayor Wisnuraji, Komandan Batalion “L” yang sudah terhasut G30S. Karena Kolonel Katamso masih hidup, gerombolan pembunuh itu kemudian melempari kepala beliau dengan batu-batu besar, sehingga Kolonel Katamso wafat di lokasi tersebut. Gerombolan pembunuh itu kemudian mengubur jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono di lubang yang sudah mereka siapkan (Sedjarah Militer Kodam VII Diponegoro, 1971).

Jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono ditemukan sekitar dua minggu kemudian dan baru bisa diangkat pada tanggal 21 Oktober 1965. Jenazah Kolonel Katamso ditemukan berada di atas jenazah Letkol Sugiyono. Setelah diangkat jenazah keduanya dibawa ke Kes Rem 072 di Ngupasan Yogyakarta dengan kawalan kendaraan RPKAD. Jenazah keduanya kemudian diperiksa dan diberikan penghormatan terakhir sebelum dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta (Setiawan, 1994).

Penulis: Muhammad Asyrafi
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Kuncoro Hadi, dkk. Kronik ’65 Catatan Hari Per Hari Peristiwa G30S Sebelum Hingga Setelahnya (1963-1971). Yogyakarta: Media Pressindo, 2017.

Sedjarah Militer Kodam VII Diponegoro. Sedjarah TNI-AD Kodam VII/Diponegoro. Semarang: Semdam VII/Diponegoro, 1971.

Setiawan, Deny. “Peristiwa Gugurnya Kolonel Katamso, Akibat Konflik PKI-TNI AD Di Yogyakarta Tahun 1965.” Universitas Gadjah Mada, 1994.