Retooling

From Ensiklopedia


Retooling adalah, istilah yang digunakan Sukarno untuk membersihkan alat-alat revolusi (lembaga negara, partai politik, organisasi massa, dan pikiran rakyat banyak). Berasal dari kata retool yang berarti, mengganti atau bisa mengatur ulang. Ketidak stabilan politik pada masa demokrasi liberal, mendorong Sukarno untuk mengambil alih kekuasaannya sebagai presiden yang bukan hanya sebagai kepala Negara menjadi kepala pemerintahan. Pidato Sukarno berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita. Pidato tersebut bertepatan pada 17 Agustus 1959, setelah dekrit presiden 5 Juli 1959.

Dalam pidatonya Sukarno berkata (Sukarno, 1959:26):

Retooling disemua lapangan! Dan apakah makna dari kata retooling itu? Retoolong itu berarti mengganti sarana-sarana, mengganti alat-alat dan apparatur-apparatur baru, yang lebih sesuai dengan outlook baru. Retooling berarti juga menghemat segala sarana-sarana dan alat-alat itu masih mungkin diperbaiki dan dipertajam kembali.

Dalam pidato itu, Sukarno menyebutkan retooling dijalankan di seluruh badan eksekutif, badan legislative DPR, dan alat-alat kekuasan negara, termasuk diantaranya Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Polisi. Retooling juga dilakukan kepada organisasi masyarakat, partai politik, badan sosial, dan badan ekonomi.

Banyak lembaga yang dibangun pada masa Demokrasi Terpimpin, diantaranya lembaga perencanaan Depernas dan Bappenas, ada beberapa organisasi penting lainnya yang penting dalam eksperimen Demokrasi Terpimpin. Mereka termasuk Bapekan (Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara), Paran (Pengawas dan Retooling Aparatur Negara), LAN (Lembaga Administrasi Negara) dan Lembaga Riset Sosial dan Ekonomi (Leknas) Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Organisasi-organisasi ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas aparatur sipil negara Indonesia dan untuk melihat kemacetan dan permasalahan dalam aparatur pemerintah serta menciptakan kader yang benar secara ilmiah dan politik. Upaya-upaya tersebut berangkat dari keyakinan bahwa sebagai akibat dari ideologi partai politik yang terfragmentasi dan infltrasi mereka dalam pegawai negeri, terciptanya pemerintahan yang baik membutuhkan penerapan manajemen publik yang ilmiah dan kampanye indoktrinasi yang ketat dan terlembaga (Fakih, 2013:102).

Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan) dibentuk tahun 1959 yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono IX dengan tugas mengawasi kegiatan aparatur negara, baik sipil maupun militer. Pada 1959 dibentuk juga Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran) yang lebih banyak menarget korupsi di kalangan birokrasi negara. Paran, yang dipimpin Nasution, mendata kekayaan petinggi negara, baik sipil maupun militer. Dari laporan itu, jika terjadi penumpukan kekayatan tak wajar, maka kasusnya akan dilimpahkan ke Kejaksaan, Pengadilan dan Kepolisian.

Paran memiliki kemampuan yang jauh lebih besar untuk melakukan tindakan dalam agenda mereka dibanding Bapekan yang merupakan perwujudan cita-cita NASAKOM. Pelaksanaan dan pengembangan Paran dapat dikatakan sebagai  konstruksi militer yang dipimipin Jenderal A.H. Nasution mewakili pandangan-pandangannya. Meski begitu, gagasan retooling adalah bagian yang tak terhapuskan dari rencana Demokrasi Terpimpin untuk menyebarkan semangat revolusioner di kalangan pegawai negeri. Hal itu dibahas secara singkat dalam rencana delapan tahun (Fakih, 2013:109).

Bapekan berakhir riwayatnya pada 1962, sedangkan Paran dibubarkan 1964. Tahun 1964, Sukarno membentuk Komondo Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (Kotrar). Lembaga ini diketuai oleh orang dekat Sukarno, Subandrio. Namun, kinerja lembaga ini tak sesangar namanya. Lembaga ini tidak bekerja efektif hingga Sukarno terguling oleh kudeta pada 1965/1966.

Presiden Sukarno membacakan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 di depan Istana Merdeka Jakarta. Sumber: https://koransulindo.com/penemuan-kembali-demokrasi-kita/

Penulis: Annisaa Khansa Labibah
Instansi: Universitas Gadjah Mada
Editor: Dr. Sri Margana, M.Hum.


Referensi

Fakih, Farabi. 2013. Institutional Reforms of the Guided Democracy (1957-1965). Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 1, April 2013. (Page. 96-113)

Sukarno. 1959. Penemuan Kembali Revolusi Kita (The Rediscovery of Our Revolution). Jakarta: Kementerian Penerangan.

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/retool. (online: diakses pada 6 April 2022)