Barisan Hulubalang
Barisan Hulubalang adalah salah satu dari sekitar sepuluh Lasykar atau Barisan Rakyat di Sumatra Barat yang ikut mengangkat senjata melawan Belanda yang ingin berkuasa kembali setelah proklamasi kemerdekaan RI. Lasykar atau Barisan Rakyat adalah kesatuan tentara sipil, identik dengan milisi, yang berafiliasi pada partai politik atau organisasi sosial yang ikut terjun ke medan tempur menghadapi Belanda yang melenyapkan negera RI.
Barisan Hulubalang adalah Lasykar atau Barisan Rakyat yang dibentuk oleh Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MTKAAM). Lasykar atau Barisan Rakyat yang dibentuk oleh organisasi sosial tempat berhimpunnya para pemuka adat Minangkabau ini dibentuk tanggal 21 Desember 1945. Pembentukannya bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres MTKAAM di Padangpanjang (Kementerian Penerangan, 1953: 555).
Sebagai sebuah “kesatuan tentara”, maka empat bulan setelah dibentuk, tepatnya sejak tanggal 16 April 1946 anggota Barisan Hulubalang dinobatkan sebagai opsir, dan ditempa dengan latihan militer di Padangpanjang (Kementerian Penerangan, 1953: 555-556). Selain itu, MTKAAM, seluruh lasykarr dan barisan rakyat juga menggelar latihan militer buat anggotanya. Dalam latihan, lasykar yang terdiri dari laki-laki dewasa dan remaja diajari baris-berbaris, menyerang musuh, bergerilya, cara menggunakan senjata api, termasuk bongkar pasang karaben buatan Jepang, Italia, maupun Inggris, serta cara meletakkan granat Jepang dan Inggris.
Sebelum Barisan Hulubalang hadir, telah resmi berdiri Hizbullah pada 1 Oktober 1945 yang berafiliasi kepada Masyumi. Anggota lasykar ini direkrut dari Pemuda Muhammadiyah dan Kepanduan Hizbul Wathan. Segera setelah dibentuk, anggota Hizbullah mengikuti latihan/kursus singkat di Kauman Padangpanjang. Sepuluh hari kemudian, tepatnya pada 10 Oktober 1945, masing-masing anggota kembali ke daerahnya untuk mendirikan Hizbullah di negeri asal mereka (Kementerian Penerangan 1953: 553; Kahin 2005: 187; Sufyan 2020).
Setelah berdirinya Hizbullah disusul dengan pembentukan Lasjkar Muslimin Indonesia (Lasjmi) dan Lasjkar Muslimat (Lasjmat) yang dibentuk oleh Partai Islam PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) pada 24 Desember 1945. Untuk pelantikannya dilaksanakan pada 23 Juni 1946 di Bukittinggi, yang dihadiri oleh pemerintah, tentara, dan massa (Kementerian Penerangan 1953: 554; Rasjid 1978).
Beberapa bulan setelah terbentuknya Hizbullah, Lasjmi dan Lasjmat berdiri pula Barisan Sabilillah. Laskar ini dibentuk oleh Majelis Islam Tinggi (MIT). Setelah berdirinya masing-masing cabang dan ranting Sabilillah di seluruh Sumatra Barat, maka pada dilaksanakan pelantikan 15 orang opsir barisan ini di Lapangan Atas Ngarai Sianok (Bukittinggi) pada 16 Maret 1946. Di samping itu Politik Tarikat Islam (PPTI) membentuk Lasjkar “Tentara Allah” dan PKI membentuk Tentara Merah Indonesia (TEMI), PKI Lokal Islamy membentuk Barisan Syaifullah. Selain itu, ada Barisan Istimewa yang dibentuk Partai Rakyat Indonesia (PRI) (Kementerian Penerangan 1953: 560).
Barisan Hulubalang, bersama dengan lasykar-lasykar yang lain serta TNI, aktif maju ke medan juang dalam meghadapi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Aktifnya Barisan Hulubalang dalam perang juga dilatarbelakangi oleh keingnan mereka untuk menepis anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa kalangan penghulu atau pemuka adat adalah kolaborator penjajah.
Penulis: Fikrul Hanif Sufyan
Instansi: STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh
Editor: Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan
Referensi
Kementerian Penerangan, 1953. Propinsi Sumatra Tengah. Jakarta: Kementerian Penerangan.
Rasjid, SM dkk, 1978. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945-1950. Jakarta: Mutiara Offset.
Kahin, Audrey, 2005. Dari Pemberontakan ke Integrasi. Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sufyan, Fikrul Hanif, 2022. Kulliyatul Muballighien. Dari Kauman Padang Panjang untuk Indonesia. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.