Partai Indonesia Raya (PARINDRA)

From Ensiklopedia

PARINDRA atau Partai Indonesia Raya merupakan salah satu  partai politik yang muncul pada masa pergerakan Nasional. PARINDRA terbentuk dari fusi dua organisasi kebangsaan, yaitu Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dan Budi Utomo.  Penggabungan dua organisasi ini dilakukan pada saat kongres antar-organisasi pada tanggal 24 – 26  Desember 1935 di Solo. Berdasarkan hasil kongres  diangkat sebagai Ketua  dr. R. Soetomo dan wakil ketua B.R.M.H. Woerjaningrat.  PARINDRA menjadi organisasi pergerakan politik yang aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia melalui cara-cara kooperatif (Ricklefs 2007: 394; Soeara PARINDRA, 1936).

Pembentukan PARINDRA dilatarbelakangi keinginan golongan priyayi cendikiawan Jawa untuk membentuk wadah perjuangan politik demi kemerdekaan bangsa Indonesia.  Perjuangan PARINDRA dalam mewujudkan cita-cita persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia ditempuh melalui jalur politik, sosial dan ekonomi. Di bidang politik, PARINDRA memanfaatkan keberadaan Volksraad (Dewan Rakyat) untuk menyampaikan aspirasi tentang kemerdekaan Indonesia dalam bidang pemerintahan. Selain itu, PARINDRA juga bergabung dengan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) untuk menyatukan visi partai politik dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di bidang sosial, PARINDRA mendirikan organisasi  yang menjadi wadah pendidikan bagi pemuda. Organisasi ini diberi nama Surya Wirawan yang  bertujuan membantu pendidikan  para pemuda dari anggota PARINDRA, sehingga  memperoleh pendidikan yang baik, menjadi pemuda yang berkarakter Indonesia serta berguna bagi masyarakat  selaras dengan apa yang dicita-citakan oleh PARINDRA.

Di bidang ekonomi, PARINDRA mendirikan dua perkumpulan, yaitu  Rukun Tani dan Rukun Pelayaran Indonesia. Rukun Tani didirikan untuk memperjuangkan kepentingan petani mengingat mayoritas penduduk Indonesia terutama di Pulau Jawa adalah petani. Sementara itu, Rukun Pelayaran Indonesia didirikan untuk mengatasi rintangan bagi para pelayar dan pedagang pribumi dikarenakan tingginya biaya pengangkutan barang yang dikenakan pada kapal-kapal KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di luar Pulau Jawa, terutama di Pulau Sulawesi (Soeara PARINDRA, 1936).

PARINDRA tumbuh dan berkembang sejalan dengan berakhirnya gerakan antikolonialisme radikal yang berazas nonkoperasi di tahun 1934. PARINDRA lebih bersifat moderat  dan lebih memilih kooperatif dengan Belanda dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Cabang-cabang PARINDRA tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 1937, PARINDRA memiliki jumlah anggota lebih dari 4.600 orang dan pada akhir 1939 anggotanya bertambah menjadi sekitar 11.250 orang. Sebagian besar anggotanya terkonsentrasi di wilayah Jawa bagian timur. Pada Mei 1941, menjelang berakhirnya kekuasaan kolonial Hindia Belanda, PARINDRA menyatakan memiliki anggota yang berjumlah sekitar 19.500 orang (Sudiyo dkk. 1997/1998: 82; Ricklefs 2007: 394).

Pada tahun 1938, ketua PARINDRA dr. R. Sutomo wafat dan digantikan oleh Muhammad Husni Thamrin yang berpandangan konservatif,  dan memandang Jepang sebagai model dalam pergerakannya (Ricklefs 2007: 394; Anderson 2018: 265). Saat kepemimpinan Muhammad Husni Thamrin di PARINDRA, Pemerintah Belanda mencurigai PARINDRA telah menjalin hubungan rahasia dengan pihak Kekaisaran Jepang hingga menjelang Perang Dunia II di Kawasan Pasifik.

Penulis: Ida Liana Tanjung
Instansi: Masyarakat Sejarah Indonesia
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi

PARINDRA, Madjallah Partai Indonesia Raya (1936).  Surabaya: Centraal Bestuur Partai Indonesia Raya. Koleksi Perpustakaan Nasional .RI.

Ricklefs, M.C. (2007). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Sudiyo dkk  (1997). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Kebangkitan Nasional.

Anderson, Benedict (2018). Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944. Tanggerang : Marjin Kiri.