Partai Sosialis Indonesia

From Ensiklopedia

Embrio Partai Sosialis Indonesia (PSI) ialah dari kelompok sosialis pendukung Sutan Sjahrir, Partai Rakyat Sosialis  (Ricklefs 2001: 272). Pada bulan Desember 1945, kelompok ini bergabung dengan para pendukung Amir Sjarifuddin, Partai Sosialis Indonesia (Parsi), mendirikan Partai Sosialis (Anderson 2006: 202-205). Namun fusi dari kedua kelompok ini bubar pada awal tahun 1947, dan kembali dalam kelompok semula. Penambahan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dari Kelompok Kiri non-Sjahrir untuk mendapatkan dukungan terhadap Perundingan Linggajati telah menurunkan dominasi Sjahrir di dalam Partai Sosialis (Ricklefs 2001: 276). Terdapat beberapa perbedaan prinsip antara kelompok sosialis kubu Sjahrir dan kubu Amir yang sulit dipertemukan (Kementerian Penerangan Republik Indonesia. 1951: 298-299). Pada bulan Juni 1947, Amir dan sebagian besar Kelompok Kiri menarik dukungan mereka terhadap Sjahrir. Amir kemudian menempati posisi sebagai Perdana Menteri baru (1947-1948).

Pada tahun 1948, para pengikut Sjahrir menegaskan perpecahannya dengan kelompok Amir  dengan mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan memberikan dukungan mereka kepada kabinet selanjutnya yang dipimpin oleh Mohammad Hatta (Ricklefs 2001: 278). Dalam parlemen yang dibentuk tahun 1950, PSI mendapatkan 17 kursi, menempati posisi ketiga dalam partai politik di parlemen saat itu. Dalam dekade 1950, PSI pernah berkoalisi dalam pembentukan kabinet, antara lain dengan Masyumi dalam Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951),  dan dengan partai yang sama pada kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 - Maret 1956) (Ricklefs 2001: 295, 303). Dalam Pemilu 1955, Partai Sosialis Indonesia memperoleh prosentase suara yang sama dengan Partai Katholik  2%, dengan menduduki 5 kursi di parlemen (Ricklefs 2001: 304). 

Partai ini termasuk yang tidak memberikan dukungan pada gagasan Demokrasi Terpimpin Presiden Sukarno (Poesponegoro, Notosusanto, Soejono dan Leirissa 2010 : 379; Ricklefs 2001: 310). Pada tanggal 15 Februari 1958, salah seorang tokoh PSI, Soemitro Djojohadikusumo, bergabung dengan kelompok pemberontak dari faksi Masyumi dan militer Sumatera dengan mendirikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) (Ricklefs 2001: 318). Pemerintahan pemberontak ini berkedudukan di Bukittinggi dengan Perdana Menterinya  Sjafruddin Prawiranegara. Para anggota kabinetnya ialah tokoh-tokoh Masyumi seperti Mohammad Natsir, Burhanuddin Harahap, Kolonel Maludin Simbolon, dan dari adalah PSI Soemitro.

Pemberontakan PRRI ini akhirnya gagal, dan pemberontak menyerahkan diri pada awal tahun 1961. Beberapa tokoh pemberontak diganjar hukuman tahanan rumah atau tahanan kota. Sementara tokoh PSI yang masuk dalam kabinet PRRI tersebut kebetulan sedang berada di luar negeri, dan tidak kembali hingga tahun 1967 (Ricklefs 2001: 326). Ujung dari perseturuan PSI dan Masyumi, dengan Sukarno, sikap opposannya terhadap Demokrasi Terpimpin termasuk juga keterlibatan kedua partai tersebut dengan PRRI, ialah pelarangan keberadaan kedua partai tersebut pada bulan Agustus 1960 (Ricklefs 2001: 325). Pada awal tahun 1960, Partai Sosialis Indonesia yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir terutama hanya mendapatkan dukungan dari kalangan intelektual Jakarta, sementara dari kota-kota lainnya sedikit (Ricklefs 2001:292). Sekalipun sang ketua tidak pernah lagi berada di kabinet, namun partai ini masih memiliki pengaruh di kalangan birokrasi dan militer di pusat (Ricklefs 2001: 292). 

Penulis: Johny Alfian Khusyairi
Instansi: Universitas Airlangga
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum


Referensi

Anderson, Benedict R.O'G. 2006. Java in time of revolution: occupation and resistance 1944- 1946, Jakarta: Equinox Publishing Indonesia.

Kementerian Penerangan Republik Indonesia. 1951. Kepartaian di Indonesia, Jakarta: Kementerian Penerangan Republik Indonesia.

Poesponegoro, Marwati Djoened  and Nugroho Notosusanto (editor umum); R.P.

Soejono dan R. Z. Leirissa (editor umum pemutakhiran). 2010. Sejarah Nasional Indonesia VI, zaman             Jepang dan zaman Republik (± 1942-1998), edisi pemutakhiran, Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklefs, M. C. 2001. A history of modern Indonesia since c. 1200, Hampshire: Palgrave.