Abdul Halim

From Ensiklopedia

Abdul Halim adalah tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri RI di Yogyakarta pada Januari 1950 sampai September 1950. Dokter yang menjadi politikus ini lahir di Bukittinggi 1911 dari keluarga pegawai pemerintah lokal kota tersebut. Ia kemudian tumbuh dewasa di Batavia dan menamatkan sekolah menengah jurusan pasti alam (AMS-B) di sana. Di luar bangku sekolah, Halim aktif dalam bidang olahraga dan kepanduan. Pada 1927 dirinya ikut mendirikan Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) yang merupakan embrio Persija, kesebelasan kebanggan warga Jakarta. Nama "Jacatra" dipilih untuk menunjukkan perlawanan kepada Belanda (Estuning, 2017). Maka Abdul Halim adalah anggota kehormatan Persija sampai akhir hayatnya.

Tahun berikutnya dirinya turut mendirikan kepanduan Indonesische National Padvinder Organisatie (INPO). Sebagai pimpinan INPO, ia ikut membawa perkumpulan ini untuk berfusi dalam Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) pada 1932 (Chaniago, 1981: 119). Halim menamatkan pendidikan kedokterannya di Sekolah Tinggi Kedokteran Batavia. Sejak 1940 ia bekerja di Bagian Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di ibu kota. Di masa pendudukan Jepang, sambil menjabat Wakil Pimpinan RSUP, Abdul Halim masuk dalam kelompok Sjahrir yang bergerak di bawah tanah. Memasuki masa revolusi ia aktif dalam politik, selaku anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP, 1945-1950) dan Komisaris Pemerintah RI untuk kota Jakarta (1947), yang langsung bertanggung jawab kepada Dewan Menteri. Pertengahan 1949, ia diminta Wakil Presiden RI, Hatta, untuk turut menjemput tokoh-tokoh PDRI di Sumatera Tengah (Chaniago, 1981: 87-95, 119).

Menyusul terbentuknya RIS, maka secara otomatis RI yang beribukota di Yogyakarta  hanya merupakan satu dari 16 negara bagian dalam negara federasi ini. Setelah Presiden RI Sukarno dilantik menjadi Presiden RIS, maka untuk mengisi kevakuman jabatan tersebut, diangkatlah Mr. Assaat selaku acting president RI. Sedangkan acting PM dijabat oleh Menteri Kehakiman Mr. Soesanto Tirtoprodjo (PNI) yang merupakan kabinet transisi yang bertugas sampai 16 Januari 1950 (Simanjuntak, 2003: 102-103). Di pihak lain, PNI dan Masyumi selaku dua partai terbesar tidak sepakat tentang siapa calon Perdana Menteri (PM) yang akan membentuk kabinet RI yang sifatnya nasional. Maka dipilihlah Halim, sebagai sosok yang bisa diterima Masyumi, sebagai pilihannya (Chaniago, 1981: 96). "Kabinet Halim" dilantik 21 Januari 1950, dengan Dr. Abdul Halim selaku PM dan Mr. Abdul Hakim sebagai Wakil PM merangkap Urusan Umum. Salam satu program utama kabinet ini adalah "meneruskan perjuangan untuk mencapai negara kesatuan yang meliputi Kepulauan Indonesia dan yang dimaksud dalam Proklamasi 17 Agustus 1945" (Simanjuntak, 2003: 106).

Di tengah ketidakpuasan partai-partai politik akan susunan Kabinet Halim, program utama pemerintah untuk mencapai NKRI tetap bisa tercapai. BP-KNIP dalam sidangnya pada 12 Agustus 1950 menerima rancangan UUD Sementara (UUDS) Republik Indonesia. Seiring dengan bubarnya RIS, maka pada 15 Agustus 1950 PM Abdul Halim mengembalikan mandatnya kepada acting president Mr. Assaat, yang kemudian mengembalikan mandatnya kepada Presiden Sukarno. Untuk selanjutnya pemerintahan akan dilanjutkan oleh kabinet NKRI (Simanjuntak, 2003: 107). Oleh karena diminta oleh PM Natsir --yang juga kawan baiknya–ia bersedia menerima jabatan Menteri Pertahanan pertama dalam NKRI. Namun tidak lama kemudian ia mengundurkan diri (Desember 1950) karena alasan kesehatan (Chaniago, 1981: 112-114). Selepas dari politik, Halim kembali ke ranah medis dan juga olahraga. Ia merupakan Wakil Ketua/Ketua Pengurus Harian Komite Olimpiade Indonesia (1951-1955), dan pada 1952 memimpin rombongan Indonesia untuk pertama kalinya di dalam olimpiade (Helsinki) (Chaniago, 1981: 119-120).  

Penulis: Didi Kwartanada


Referensi

Chaniago, J.R. (ed.) (1981). Di antara Hempasan dan Benturan: Kenang-kenangan dr. Abdul Halim 1942-1950. Penerbitan Sejarah Lisan no.1. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.

Estuning, Gregah Nurikhsani (2017). "1928: Lahirnya Voetbalbond Indonesia Jacatra (Persija)", 28 November 2017 di link

https://www.medcom.id/bola/liga-indonesia/yKXVDV6b-1928-lahirnya-voetalbond-indonesia-jacatra-persija (diakses 15 November 2021).

Simanjuntak, P.N.H., Kabinet-kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan sampai Reformasi. Jakarta: Djambatan, 2003.