Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI)
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) berperan sebagai wadah umat Muslim yang menaungi organisasi-organisasi Islam tidak hanya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), tapi juga organisasi Islam lain seperti Perserikatan Umat Islam (PUI) di Jawa Barat, Persatuan Tarbiyah (Perti) di Sumatra Barat, dan Jama’ah al-Washliyah di Sumatera Utara. Berdiri pada 22 November 1943, MASYUMI dibentuk oleh Jepang sebagai pengganti Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang sudah bubar (Abdullah 2012: 69; Ricklefs 2008: 435). Pada awal pembentukannya, MASYUMI diketuai K.H. Hasyim Asyari, KH. Wahid Hasyim dan KH. Mas Mansur sebagai wakil (Ricklefs 2008: 436). Kehadiran MASYUMI berarti pengakuan Jepang terhadap eksistensi Islam dan kaum Muslim, sekaligus menjadi alat untuk membantu Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya (Abdullah 2012: 70-71).
Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta menjadi titik balik dalam upaya mempersatukan umat Islam ke dalam satu wadah partai politik, setelah sebelumnya pemerintah menetapkan Maklumat pada tanggal 3 November 1945 yang berisi anjuran pembentukan partai politik. Pada tanggal 7-8 November 1945, sejumlah tokoh Islam seperti H. Agus Salim, Abdul Wahid Hasyim, Mohammad Natsir, Mohammad Roem dan Prawoto Mangkusasmito merencanakan untuk membentuk partai politik Islam. MASYUMI disepakati sebagai nama partai yang baru didirikan tersebut (Madinier, 2013: 53).
Selain memutuskan pendirian partai MASYUMI, ketetapan lain dalam Kongres tersebut menjadikan MASYUMI sebagai satu-satunya partai politik di kalangan umat Islam. Maklumat lain adalah memperkuat persiapan umat Islam untuk berjihad fi sabilillah melawan penjajahan, serta memperkuat pertahanan NKRI dengan menyusun Barisan Sabilillah di tiap daerah. Terakhir, Kongres juga memutuskan pemberian mandat kepengurusan MASYUMI kepada Dr. Soekiman sebagai Ketua, Abikusno dan Wali Al Fatah sebagai Wakil Ketua (Kedaulatan Rakyat, 9 November 1945; Abdullah 2012: 165).
Partai MASYUMI sebagai mesin politik umat Islam yang merespons keadaan revolusi yang ketika itu berlangsung di Indonesia, seperti termaktub dalam program perjuangan pada 17 Desember 1945 yang menyatakan bahwa perjuangan MASYUMI bertujuan untuk melenyapkan kolonialisme dan imperialisme yang penuh dengan kebuasan, kekejaman dan kepalsuan (Mahendra 1999: 72). Partai MASYUMI berasaskan Islam, dengan tujuan untuk terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan warga, masyarakat dan negara kesatuan Republik Indonesia menuju keridhaan Ilahi (Anggaran Dasar MASYUMI Pasal II dan III).
Di bawah naungan MASYUMI, organisasi-organisasi Islam di dalamnya mempunyai peranan penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada rentang 1945-1950. MASYUMI pada pemilu 1955 menjadi peraih suara terbanyak kedua di bawah PNI. Pada akhir masa revolusi, gejolak internal di MASYUMI menyebabkan PSII dan NU keluar pada masing-masing 1947 dan 1952 (Abdillah 1997: 33-34). MASYUMI seringkali terlibat konflik dengan Presiden Sukarno. Didorong melemahnya peran dan posisi MASYUMI sebagai partai politik, maka pada tahun 1960 MASYUMI dibubarkan oleh Sukarno lewat SK Presiden No. 200 Tahun 1960.
Partai MASYUMI memiliki peran dalam tiap persoalan kebangsaan dan kenegaraan. Saat perang revolusi, MASYUMI terlibat serta dalam usaha perlawanan melalui barisan Hizbullah sebagai underbouw. Lewat jalur diplomasi juga MASYUMI berperan aktif memperjuangkan kembalinya bentuk negara Indonesia ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia atas upaya M. Natsir melalui mosi integralnya tahun 1950. MASYUMI melalui para tokohnya ikut berperan dalam setiap kabinet dalam parlemen dan konstituante, terutama masa demokrasi parlementer (Siregar 2013: 89).
Ideologi MASYUMI mengalami perubahan. Saat didirikan pada 1945 MASYUMI mengusung agenda untuk memperjuangkan negara Islam dengan meletakkan Islam sebagai dasar negara. Pada perkembangannya, visi tersebut mengalami perubahan. MASYUMI tak lagi berkeinginan mendirikan negara Islam, melainkan negara yang berdasarkan Islam dengan memperjuangkan sistem Islam dalam konteks kenegaraan. Lalu berubah lagi saat MASYUMI mendorong terbentuknya negara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Terakhir, pada tahun 1955, MASYUMI lebih mengusung nilai-nilai universal seperti demokrasi, keadilan dan kesejahteraan sebagai sebuah dasar negara.
Hal ini dipengaruhi oleh empat faktor, pertama ialah kemunculan gerakan Darul Islam bentukan Kartosuwiryo; kedua, permusuhan dengan PKI; ketiga, merasa yakin mendapat dukungan dari umat Islam yang taat yang ingin memasukkan Islam dalam sistem politik; dan keempat, ketika itu pemimpin MASYUMI adalah para kaum terpelajar seperti M. Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Yusuf Wibisono yang punya kapasitas pemahaman politik secara rasional sehingga MASYUMI dapat bertarung dan sukses di pentas politik (Permata 2009: 95-96).
Penulis: Akhmad Yusuf
Instansi: Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A.
Referensi
Abdillah, Masykuri. Islam dan Demokrasi Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993. Jakarta: Prenada Media, 2015.
Abdullah, Taufik. Indonesia: Towards Democracy. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, 2009.
Abdullah, Taufik dan Lapian, A. B. (ed) (b). Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 6: Perang dan Revolusi. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2012.
Bruinessen, van Martin. Contemporary Developments in Indonesian Islam: Explaining the "conservative Turn". Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, 2013.
Formichi, Chiara. Islam and the Making of the Nation: Kartosuwiryo and Political Islam in 20th Century Indonesia. Belanda: Brill, 2012.
Harian Kedaulatan Rakyat, edisi 9 Nopember 1945.
Hefner, Robert W. Civil Islam: Muslims and Democratization in Indonesia. Britania Raya: Princeton University Press, 2011.
Ishaqro, Alfi Hafidh. Dinamika Partai MASYUMI Pada Masa Revolusi Fisik (1945 – 1949), Jurnal Agastya, Vol. 5 No. 2 Juli 2015, h. 27-41.
Kersten, Carool. History of Islam in Indonesia: Unity in Diversity. Britania Raya: Edinburgh University Press, 2017.
Madinier, Rémy. Partai MASYUMI Antara Godaan Demokrasi dan Islam Integral, Cet. 1, Jakarta: Mizan Media Utama, Agustus 2013.
Madinier, Rémy. Islam and Politics in Indonesia: The MASYUMI Party Between Democracy and Integralism. Singapura: NUS Press, 2015.
Mahendra, Yusril Ihza., Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam: Perbandingan Partai MASYUMI (Indonesia) dan Jama "at-i-Islami. Jakarta: Paramadina, 1999.
Permata, Phil. Ahmad Norma dan Madinier, Remy., Evolusi Ideologi Politik Islam MASYUMI, Wawancara Dr. Phil. Ahmad-Norma Permata dengan Dr. Remy Madinier, Akademika, Jurnal Kebudayaan, Vol. 4, No. 1, November 2009, h. 94-99.
Platzdasch, Bernhard. Islamism in Indonesia: Politics in the Emerging Democracy. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, 2009.
Porter, Donald J.. Managing Politics and Islam in Indonesia. Britania Raya: Taylor & Francis, 2013.
Siregar, Insan Fahmi., Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Partai MASYUMI (1945-1960), ThaqÃfiyyÃT, Vol. 14, No. 1, 2013, h. 88-103.