Gerakan Mahasiswa Sosialis (GEMSOS)
Gerakan mahasiswa memasuki tahap baru baru ketika Indonesia menyatakan diri sebagai negara merdeka. Pada awal 1950-an, kehidupan universitas berlangsung dalam suasana kegairahan yang tinggi dan kenangan romantik atas revolusi perjuangan yang baru berlalu. Nuansa setelah merdeka memberikan harapan tinggi akan tumbuhnya suasana yang kondusf dalam pengembangan aktifitas ilmiah. Kalangan universitas dapat berkarya secara bebas dan memiliki otonomi yang kuat (Maiwan 2015).
Mendekati Pemilihan Umum 1955, kondisi kehidupan mahasiswa berubah. Partai-partai politik yang sejak awal menyadari potensi mahasiswa, di tengah langkanya tenaga-tenaga terdidik berkualitas di masyarakat, dengan serta merta mulai melakukan langkah-langkah politik dengan melibatkan partisipasi warga kampus. Berbagai organisasi ekstra mahasiswa menjadi cabang ataupun minimal memiliki hubungan emosional dengan partai-partai politik. Partai Sosialis Indonesia (PSI) mendirikan Gerakan Pemuda Sosialis (GPS). Seksi Mahasiswa GPS ini yang kemudian berdiri sendiri dengan nama Gerakan Mahasiswa Sosialis (GEMSOS).
GEMSOS adalah organisasi mahasiswa yang berideologi sosialis. Dengan tegas organisasi ini menjungjung tinggi kesetaraan dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu sejak awal pendiriannya, organisasi ini melakukan kritikan dan advokasi atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat dalam hal mencapai taraf hidup penduduk yang layak. Di antara aktifis GEMSOS adalah Zainal Zakse dan Soe Hok Gie. Keduanya kemudian memiliki kedekatan karena memiliki kesamaan pemikiran dalam hal menentang berbagai kebijakan rezim Sukarno. Meskipun tidak sebesar organisasi ekstra-kampus seperti HMI, GMKI, dan CGMI, konsistensi GEMSOS dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat terus mendapat simpati dari berbagai kalangan mahasiswa. Selain itu, afiliasi GEMSOS dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin Sutan Syahrir menjadi daya tarik tersendiri. Mahasiswa yang mengidolakan sepak terjang dan pemikiran Syahrir kemudian bergabung dalam GEMSOS. Tulisan Syahrir berjudul “Renungan Indonesia” adalah salah satu contoh pemikirannya yang dikagumi oleh kalangan aktivis GEMSOS (Fathoni 2019: 6).
Salah satu kegiatan berkesinambungan GEMSOS adalah penanaman sikap heroik di kalangan pemikir-pemikir muda dalam usaha mendorong kehidupan masyarakat yang setara dalam berbagai bidang kehidupan. Diskusi-diskusi berkesinambungan dilakukan untuk membahas isu-isu sosial dan politik yang berkembang di masanya. GEMSOS kerap mengundang pembicara-pembicara dari berbagai kalangan seperti Soedjatmoko. Pada tahun 1963, GEMSOS disebut terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di Bandung. Dipicu karena ada ketidakadilan dan kesenjangan sosial serta ekonomi masa rezim Sukarno, khususnya antara “pribumi” dan Tionghoa. Sel-sel PSI anti-Sukarno mengadakan kontak dengan mahasiswa Bandung terutama GEMSOS dan beberapa tokoh mahasiswa Muslim untuk melakukan Gerakan protes ini yang berujung pada kerusuhan tidak hanya di Bandung tetapi juga di kota-kota lainnya.
Beberapa saat setelah meletusnya Peristiwa 30 September 1965, GEMSOS bersama dengan organisasi kemahasiswaan lainnya seperti HMI, PMKRI, MAPANCAS, SOMAL, IMM, SEMMI, PMII, GMKI, PELMASI, dan IPMI bersepakat membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Langkah ini sebagai respon dan sikap kalangan mahasiswa menyikapi Peristiwa 30 September. Gerakan mahasiswa inilah yang kemudian melahirkan tuntutan mahasiswa yang terkenal sebagai TRITURA atau Tri Tuntutan Rakyat, yakni: pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga (Purba dkk. 2011: 9).
Penulis: Ilham Daeng Makkelo
Instansi: Universitas Hasanuddin
Editor: Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum
Referensi :
Fathoni, Faris. 2019. “Keterlibatan Soe Hok Gie dalam Gerakan Mahasiswa Sosialis di Indonesia, 1961-1966”. Malang: Skripsi Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Mohammad Maiwan, 2015. “Gerakan Mahasiswa pada Masa Orde Lama: Suatu Perspektif Historis”. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi. Volume 14, Nomor 2, April.
Purba, Isak dkk., 2011. Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif & Direktorat Nilai Sejarah.