Perserikatan Komunis Hindia (1920-1924)
Perserikatan Komunis Hindia (PKH) merupakan cikal bakal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebelumnya dikenal dengan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang dibentuk pada tahun 1914 oleh tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet. Pada Kongres ISDV di Semarang tanggal 23 Mei 1920, ISDV mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH), dengan susunan organisasi sebagai berikut: Semaoen sebagai ketua dan Darsono sebagai wakil ketua. Jabatan sekretaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komitenya adalah orang Belanda (Sinaga 1960: 2).
Terbentuknya PKH tidak terlepas dari peran Henk Sneevliet yang membawa ide-ide Marxis ke Hindia Belanda. Ia aktif di Vereeniging voor Spoor en Traamweg Personeel (VSTP) sebagai editor pada De Volharding, sebuah koran terbitan VSTP. Atas jasa Sneevliet, VSTP terbuka bagi bumiputera dan bergerak radikal membela kepentingan pegawai-pegawai bumiputera (Priyono 1990: 2). ISDV pada mulanya terdiri dari mayoritas orang Belanda yang menginduk kepada Partai Komunis Belanda. Kemudian, setelah Sneevliet memindahkan kantor pusat ISDV dari Surabaya ke Semarang, ISDV mulai menarik minat tokoh-tokoh terpelajar bumiputera, seperti Semaoen, Dharsono, dan Musso. Selain itu, berkat keahliannya dalam menyebarkan ide-ide Marxisme, Sneevliet berhasil meyusup ke dalam Sarekat Islam (SI), yang pada saat itu merupakan salah satu organisasi terbesar di Hindia-Belanda. Akibatnya, internal SI terpecah menjadi dua, yaitu SI Merah dan SI Putih (Suhartono 1991: 2-3).
Keberhasilan Revolusi Oktober di Rusia menjadi katalis bagi Sneevliet dan ISDV dalam menyebarkan paham komunisme di Hindia-Belanda. Oleh karena tindakan Sneevliet dianggap membahayakan pemerintah kolonial, karena ide-ide Marxis dan komunisme dianggap sebagai antitesis dari kolonialisme dan kapitalisme, pemerintah kolonial kemudian mengusir Sneevliet bersama dengan tokoh-tokoh Belanda ISDV lainnya dari Hindia-Belanda (Muryanti 2010: 28). Pada awal tahun 1920, ISDV menerima surat dari Sneevliet dengan nama samaran Haring, yang berada di Shanghai. Isi surat tersebut adalah anjuran bagi ISDV untuk menjadi anggota Komunis Internasional (Komintern).
Untuk menjadi anggota Komintern, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah menggunakan nama terang partai komunis dan daerah atau negara asalnya. Dalam sidang pembahasan tersebut, terdapat beberapa orang yang mengajukan keberatan dikarenakan jika menjadi anggota Komintern, maka secara struktural tunduk di bawah Rusia. Semaoen kemudian menjelaskan bahwa perubahan nama hanyalah perkara administrasi organisasi. Akhirnya, pada tanggal 23 Mei 1920, lahirlah Perserikatan Komunis Hindia (PKH) dengan Semaoen sebagai Ketua dan Dharsono sebagai Wakil Ketua, Bergsma sebagai Sekretaris, Dekker sebagai Bendahara, dan Kraan sebagai anggota (Gie 2005: 70). PKH merupakan salah satu partai di Asia yang menjadi anggota Komintern.
Dalam rangka disiplin proletariat, para pemimpin partai berkampanye selama tahun 1923-1924 untuk meningkatkan tingkat ideologis dan organisasi baik di cabang-cabang PKH ataupun Sarekat Rakyat (SR). Kursus teori Marxis, indoktrinasi, dan propaganda dilakukan oleh sekolah-sekolah SI Merah, yang telah berubah nama menjadi Sekolah Rakyat pada April 1924. Dalam upayanya untuk memberikan gerakan disiplin proletar, kepemimpinan partai berkampanye dengan penuh semangat selama tahun 1923-1924 untuk meningkatkan tingkat ideologis dan organisasi baik cabang PKH maupun SR. Kursus dalam teori Marxis diberikan; indoktrinasi dan propaganda dilakukan Sekolah Rakjat, serta dimulainya penerbitan mengenai program dan prinsip-prinsip Komunis, termasuk terjemahan Indonesia pertama dari Manifesto Komunis (McVey 2006: 191).
Pada kongres Komintern kelima tahun 1924, ditekankan bahwa prioritas utama partai komunis adalah menguasai serikat pekerja. Tanpa adanya hal tersebut, maka revolusi tidak akan berhasil dicapai. PKH kemudian mulai mengonsentrasikan gerakannya pada serikat-serikat pekerja, meingkatkan disiplin dalam partai, serta menuntut dibentuknya Republik Indonesia Soviet (Sinaga 1960: 9). Pada tahun yang sama pula, nama Perserikatan Komunis Hindia kemudian diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (Kahin 1952: 77).
Penulis: Alan Akbar
Referensi
Gie, Soe Hok. 2005. Di Bawah Lentera Merah: Riwayat Sarekat Islam Semarang Sampai Tahun 1920, (Yogyakarta: Bentang Pustaka)
Kahin, George McT. Nationalism and Revolutions in Indonesia, (New York: Cornell University Press)
McVey, Ruth T. 1965. The Rise of Indonesian Communism, (New York: Cornell University Press)
Muryanti, Endang. 2010. “Muncul dan Pecahnya Sarekat Islam di Semarang 1913-1920”, Paramita, Vol. 20, No. 1, Januari 2010, hlm. 21-35.
Priyono, Didik Hari. 1990. “Komunisme dalam Sarekat Islam Cabang Semarang 1916-1920”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro).
Sinaga, Edward Djanner. 1960. “Communism and the Communist Party in Indonesia”. MA Thesis. (George Washington University School of Government).
Suhartono. 1991. “Sarekat Islam: Dari Gerakan Sosioreligius Menuju Gerakan Kebangsaan”, dalam Laporan Penelitian Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, 1991.