Musso

From Ensiklopedia
Musso. Sumber: ANRI. Katalog Daftar Arsip Foto Personal, No. P05-0474


Musso adalah salah seorang tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mampu membangun jaringan dengan Eropa, khususnya Uni Soviet. Musso adalah putra dari Mas Martoredjo, seorang pegawai pada bank di Kecamatan Wates, Kediri. Musso juga dikenal dengan nama Muso Manowar, Munawar Muso dan Paul Mussotte.  Dia dilahirkan di Kediri, Jawa Timur, 1897. Dari beberapa sumber, dikatakan bahwa Musso adalah  putra keturunan seorang kiai besar di daerah kelahirannya. Kiai besar itu adalah KH Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan Diponegoro.

Tidak banyak informasi tentang masa kecilnya, namun Musso pada umur 16 tahun mengikuti pendidikan sekolah guru di Batavia. Pertemuan ini dilanjutkan kemudian di berbagai kegiatan partai politik. Di sekolah itu, Musso menjadi anak didik pertama G.A.J. Hazeuyang, penasihat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan bumiputra, dan belajar pada seorang reformis politik etis, D. van Hinloopen Labberton. Menurut beberapa sumber, melalui jenjang pendidikan Musso bertemu dengan Alimin Prawirodirdjo. Setelah tamat dari pendidikan guru di Batavia, Musso kuliah di kampus pertanian di Buitenzorg, sekarang Bogor, yang kemudian menjadi cikal bakal IPB.

Namun, di bagian lain, Musso juga dikatakan pernah bersekolah di Hogere Burger School atau HBS di Surabaya. Di Surabaya ini Musso dan Sukarno kos di rumah kos Tjokroaminoto bersama dengan Alimin. Oleh karena Tjokroaminoto merupakan tokoh yang sangat disegani, maka hampir setiap hari selalu ada tamu penting yang datang dan membicarakan banyak hal menyangkut masa depan Indonesia. Walaupun Cokroaminoto pada waktu itu berusia 33 tahun, ia merupakan tokoh yang memiliki daya cipta, cita-cita tinggi, dan mencintai tanah airnya. Di rumah Tjokroaminoto inilah, tamu-tamu yang sering hadir antara lain Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet, Tan Malaka, Kartosoewirjo, Semaun, dan Alimin.

Keterlibatan Musso dengan para aktivis politik Indonesia pada waktu itu akhirnya sangat dipengaruhi dari dari berbagai pertemuan yang secara tidak langsung membentuk Musso. Hal yang sangat penting dari pengalaman Musso di rumah Tjokroaminoto adalah pertemuannya dengan Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet, tokoh yang kemudian mendirikan ISDV, organisasi berhaluan Marxisme (Ricklefs 2008: 370-375). Sneevliet adalah bekas Ketua Sekretariat Buruh Nasional dan bekas pimpinan Partai Revolusioner Sosialis di Belanda. Pada mulanya Sneevliet bekerja di Surabaya sebagai staf redaksi warta perdagangan Soerabajasche Handelsblad milik perusahaan-perusahaan gula Jawa Timur dan pindah ke Semarang bekerja sebagai sekretaris pada sebuah maskapai dagang. Pada Juli 1914 itu Sneevliet bersama dengan P. Bersgma, J.A. Brandstedder, H.W. Dekker (Sekretaris VSTP), mendirikan organisasi politik yang bersifat radikal, Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (Suara Kebebasan). Terbitan pertama surat kabar ini tercatat tanggal 10 Oktober 1915. Melalui surat kabar ini Sneevliet dan kawan-kawannya melakukan propaganda untuk menyebarkan marxisme.

Para pemimpin ISDV kemudian mendekati dan mempengaruhi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam Semarang yang juga menjadi anggota ISTP dengan ide-ide revolusioner model Rusia. Maka ketika Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912, Musso aktif di dalamnya dan juga bersamaan juga aktif di ISDV. Pertemuan dengan Sneevliet juga menyebabkan Musso bersama Alimin, Semaun, Darsono, Mas Marco Kartodikromo, dan Haji Misbach menjadi kader Sneevliet. Tanpa disadari Sneevliet secara perlahan memasukkan gagasan sosialis ke dalam Sarekat Islam kepada Musso dan Semaun. Setelah dilakukan pemindahan PKI ke Batavia, maka Musso menjadi pemimpin PKI cabang Batavia.

Pada Desember 1925, PKI merencanakan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Namun rencana pemberontakan tersebut dapat digagalkan dan para pemimpin partai ditangkap pada Januari 1926. Musso berhasil melarikan diri ke Singapura. Sementara, beberapa tokoh PKI lainnya—Sardjono, Mohammad Sanusi dan Alimin—mengajak Tan Malaka untuk mengadakan revolusi. Namun, rencana revolusi ini ditolak Tan Malaka. Kemudian Muso dan Alimin melarikan diri ke Moskow untuk meminta dukungan bagi aksi revolusi di Indonesia. Di Moskow, Musso meminta dukungan Communist International untuk melakukan revolusi. Namun, permintaan tersebut ditolak karena Belanda dinilai masih terlalu kuat di Nusantara. Untuk mencegah revolusi yang direncanakan, pengurus Communist International menetapkan Alimin dan Musso tinggal di Soviet untuk memperdalam pemikiran tentang komunisme. Menurut beberapa sumber, walaupun berada di Moskow, Musso dianggap berani dan mampu menginstruksikan pendukungnya di Indonesia untuk terus melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.

Selama berada di Moskow, Musso dan Alimin mengikuti pendidikan di Lenin School dan aktif mengikuti berbagai kongres, termasuk kongres ke-6 Comintern yang dipimpin oleh Joseph Stalin. Musso kemudian menjadi anggota komite eksekutif Comintern. Pada tahun 1929, Musso disebut menikah dengan seorang perempuan Rusia. Dari pernikahan tersebut lahir dua orang anak.

Sekembalinya di Indonesia pada 11 Agustus 1948, Musso segera melakukan advokasi pemikiran dan gerakannya yang berhaluan Stalinis dengan menekankan hanya boleh ada satu partai kelas buruh. Pada 1 September 1926, dibentuklah suatu politbiro baru PKI yang beranggotakan beberapa pemuda yang lebih suka menerima kekuasaan Musso daripada pemimpin yang lain. Pada  5 September 1948,  Musso menyampaikan orasi yang bertujuan membawa Indonesia mendekati  Uni Soviet. Bahkan Musso dan pendukungnya sempat membuat kekacauan di Solo yang menewaskan banyak perwira TNI AD dan tokoh pejuang 1945.

Sementara di Madiun, gerakan PKI ini semakin merajalela hingga menguasai dan menduduki tempat-tempat penting. Suasana ini melahirkan pemberontakan pada 18 September 1948. Para pendukung PKI merebut tempat tempat strategis dan membunuh tokoh-tokoh yang dianggap pro-pemerintah dan bahkan mengumumkan melalui radio bahwa suatu pemerintah Front Nasional telah terbentuk. Musso, Amir dan para pemimpin lainnya ke Madiun untuk mengatasi kudeta. Dan terjadilah pemberontakan PKI Madiun dengan maksud menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia dan bertujuan membentuk negara Republik Indonesia Soviet, mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunisme, dan mengajak petani dan buruh untuk melakukan pemberontakan. Gerakan ini diketuai oleh Amir Sjarifuddin sebagai perdana menteri dan Musso sebagai presiden.

Pada 19 September 1948, 200 orang anggota PKI ditangkap di Jogja. Untuk menghadapi tindakan yang sangat brutal yang terjadi di Madiun dan sekitarnya, pemerintah Indonesia segera melakukan berbagai tindakan untuk menyelamatkan negara dengan cara-cara sebagai berikut (Ricklefs 2008: 460):

  1. Presiden Sukarno menunjukkan kekuatannya dengan meminta masyarakat menentukan Sukarno-Hatta atau Muso-Amir.
  2. Panglima Besar Sudirman memberi komando kepada Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menumpas para pemberontak.


Rupanya Musso dianggap kurang berpengalaman di Indonesia maka tidak mampu memperhitungkan kondisi pada masa itu bahwa negara dalam hal ini Presiden Sukarno memiliki dukungan yang dahsyat dalam memberantas kegiatan yang mengancam negara (Ricklefs 2008: 460). Pemberontakan ini merupakan banjir darah pembalasan dendam dan merupakan pembasmian pemikiran radikal dari kepemimpina tentara (Elson 2008: 212). 

Penulis: Bernada Materay


Referensi

Elson, R.E.2008, The Idea of Indonesia, Serambi, Jakarta.

Ricklefs, M.C. 2008, Sejarah Indonesia Moderen , Serambi, Jakarta.

https://www.pinterpolitik.com/sejarah/sejarah-musso-anak-kiai-ingin-bikin-republik-soviet-indonesia-1, diunduh 24 Oktober 2021.

https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-musso-tokoh-pki-yang-  ternyata-anak-kiai-besar-kediri-dan-orang-kiri-1.html,diunduh 24 Oktober 2021.

https://bahasa.foresteract.com/musso-manowar/, di unduh 24 Oktober 2021.

https://intisari.grid.id/read/032872373/muso-salah-satu-pemimpin-pemberontakan-pki-madiun-1948-pembawa-amanat-dari-moskow?page=all, diunduh 26 Oktober 2021.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5744199/sejarah-pki-tujuan-tokoh-pemberontakan-madiun-dan-gerakan-30-september, diunduh 29 Oktober 2021.